Tawaran Murah Hotel

Jumaat, November 26, 2010

Kisah Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih bertemu dengan Nabiyullah KhidirCerita dari Habib Hasan bin Ja’far Assegaf (Nurul Mustafa) tentang Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih

Kisah Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih bertemu dengan Nabiyullah Khidir

Cerita dari Habib Hasan bin Ja’far Assegaf (Nurul Mustafa) tentang Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih

Aku Mendengar dari guruku, as-sayyid al-walid habibana Hasan bin ja’far assegaf,dan bliau sendiri yg mengalaminya.
suatu ketika,semasa habib Hasan di pesantren darul hadist malang, beliau dipanggil oleh gurunya untuk membuat teh 2 gelas,lalu habib Hasan bingung berfikir dalam hati beliau, kan ga ada tamu kok minta bikin 2 gelas teh…
krena printah guru bsar,beliau turuti….
Singkat cerita jadilah teh itu dibawa kehadapan guru beliau Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih. lalu habib Hasan berfikir,klo teh itu untuk beliau berdua. Ternyata Habib Hasan disuruh keluar,ya Hasan ente boleh keluar (perkataan Habib Abdullah Bil Faqih).

lalu Habib Hasan keluar,dari kejauhan Habib menunggu tamu siapa yg akan datang. Dan lalu tiba-tiba datang tukang siomay berpakaian compang camping dengan mengenakan handuk kcil dilehernya, lalu tukang siomay itu diciumi kening dan pipinya oleh gurunya Habib Hasan. Dan tekang siomay itu memegang jenggot gurunya, dalam hati Habib Hasan bertanya-tanya siapa dia lancang sekali tidak lama kemudian, karena Habib Hasan perutnya sakit beliau menuju belakang (kamar mandi), tidak selang lama panggilan adzan datang. Lalu Habib Hasan buru-buru menuju masjid, dan ketika sebelum sampai masjid bertemu guru beliau al Habib Abdullah bin Abdulqadir bin Ahmad Bil Faqih lalu beliau bercakap-cakap dengan Habib Hasan,
“ya Hasan kmana td ente”, dg polosnya beliau jawab
“ane ke belakang bib sakit perut”,
lalu guru bliau bilang lagi,
“coba tadi ente sabar sebentar menunggu ane,ane ajak salaman ma beliau”
Habib Hasan kaget dan berkata, “kan cuma tukang siomay ya Habib”. lalu guru beliau berkata
“enak aje ente,ente liat pake kaca mata gag.itu nabi yaallah khidir yg bertamu ama ane,klo bliau pake gamis n imamah rapih,org2 pada mau salaman”
subhanallah,ini terjadi waktu tahun 80an
Sebuah Catatan Facebook

Tanda Munculnya Kemakmuran Bagi Muslimin

Tanda Munculnya Kemakmuran Bagi Muslimin-Muslimat

Tanda Munculnya Kemakmuran Bagi Muslimin-Muslimat
Senin, 22 November 2010
قَالَ رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَقُومُ السَّاعَةُ، حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ،وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ، وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ، حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ، فَيَفِيضَ.
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : “Tiada akan datang hari kiamat hingga tercabutnya ilmu, dan terjadi banyak gempa, dan waktu terasa bergulir cepat, dan munculnya banyak fitnah, dan banyaknya perkelahian dan pembunuhan, hingga berlimpah pada kalian harta, maka harta ditumpahkan seluas-luasnya” (Shahih Bukhari)
Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakatuh,
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِيْ هَذَا الْجَمْعِ اْلعَظِيْمِ
Limpahan Puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Menciptakan segala anugerah, dan berpadu segala anugerah terluhur Nya pada satu makhluk Yang Paling di Cintai Nya, Yang dengan mencintainya terbukalah kesempurnaan iman, yang pada setiap ucapan kalimat tuntunannya tersimpan rahasia keridhaan Allah, dan itulah anugerah terluhur, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam Yang Allah utus sebagai pembawa dan pengenal iman, iman adalah kenikmatan terbesar bagi kita, dan Allah subhanahu wata’ala menerbitkan iman dengan Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai matahari penerbitnya, menerangi kita sebagaimana firman Nya subhanahu wata’ala :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
“Wahai Nabi, Sungguh Ku utus engkau untuk menjadi saksi, saksi bagi setiap umatnya dan saksi bagi para Nabi yang terdahulu dan pembawa kabar gembira dan pembawa teguran dan sebagai penyeru kejalan Allah dengan izin Allah” (QS Al Ahzab 46)
Maksud kalimat “izin Allah” adalah seruan Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam itu demikian luhurnya dan tidak akan berhenti dengan wafatnya Beliau, tapi berkelanjutan dari zaman ke zaman abadi, menghantar manusia menuju keluhuran yang fana dan yang abadi.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Demikian Sang Pemilik keabadian, telah menganugerahkan kepada kita seorang pemimpin dan imam yang sangat luhur yang dengan mengikuti Beliau terbitlah cinta Allah yang tidak di terima cinta kepada Allah kecuali dengan mengikuti Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam), maka kalian akan dicintai Allah dan Dia swt akan mengampuni dosa dosa kalian, dan Allah itu Maha Mengampuni dan Maha Berkasih sayang” (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam)” (QS Ali Imran 31).Allah palingkan semua orang yang ingin mencintai Allah untuk mengikuti Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kalian akan di Cintai Allah dengan mengikuti Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Dan diampuni dosa – dosa kalian”
Allah semoga memberi kita kemudahan untuk mengikuti Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dhahiran wa bathinandidunia dan bersama Beliau di akhirat.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Seraya berfirman Jallawa’ala :
الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ أَضَلَّ أَعْمَالَهُمْ، وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَآَمَنُوا بِمَا نُزِّلَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ كَفَّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَأَصْلَحَ بَالَهُمْ
“Mereka yang tidak mau beriman kepada Sang Nabi maka terhapuslah seluruh amal – amal baik mereka dan mereka yang beriman dan beramal Shaleh, beriman dengan apa yang Ku turunkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau itu adalah kebenaran dari Tuhan pemilik mereka semua yang memelihara seluruh mereka manusia keturunan Adam” (QS Muhammad 1-2)
Setiap detik didalam pemeliharaan Ilahi, pemandangannya, pendengarannya, lisannya, detak jantungnya, setiap nafasnya, yang semuanya berada didalam pemeliharaan Yang Maha Tunggal, ketika Allah mencabut satu darinya maka penglihatan tidaklagi bisa melihat kecuali dengan izin Nya, pendengaran tidak bisa mendengar kecuali dengan izin Nya, seluruh sel tubuh tidak akan berfungsi kecuali dengan perintah Nya, kecuali dengan instruksi Ilahi untuk terus berbakti kepada kita dan menopang apa yang kita inginkan baik dan buruknya dan kebaikan akan kembali kepada kita 10 kali lebih besar hingga 700 kali lebih besar dari kebaikan itu sendiri dan kejahatan akan kembali pula kepada kita satu kali saja, namun merugilah mereka yang berbuat kejahatan. Semoga Allah menjauhkan kita dari segala perbuatan yang jahat dhahir dan bathin, amin Allahumma amin.
“ketika mereka para sahabat merasakan banyak yang berbuat dosa dan kesalahan, hati mereka gundah dan tidak tenang ingin mendapatkan pengampunan yang jelas dari Allah maka Allah swt berfirman menceritkannya :
وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا
“mereka berdatangan kepadamu (wahai Muhammad), lalu mereka mohon pengampunan dosa kepada Allah subhanahu wata’ala dihadapan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam memohonkan pengampunan dosa untuk mereka, (mereka itu yang datang kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan beristighfar mohon pengampunan kepada Allah di depan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) akan menemui Allah menerima seluruh taubat mereka dan Allah akan berkasih sayang pada mereka” (QS Annisa 64)
Allah menyambut mereka yang berdatangan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beristighfar kepada Allah subhanahu wata’ala dihadapan Rasulullah, kenapa Allah subhanahu wata’ala riwayatkan dan sampaikan kejadian ini di dalam Al Qur’an padahal itu jarang terjadi pada shahabah, Allah ingin kemukakan bagaimana mulianya kedudukan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dihadapan Allah “mereka itu ketika telah mendhalimi diri mereka sendiri, banyak diantara mereka yang merasa banyak telah berbuat dosa datang kehadapanmu wahai Muhammad, mereka berdatangan kehadapan Rasulullah lalu baru beristighfar kepada Allah karena mereka tau cintanya kepada Allah paling banyak ada pada Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka tidak tau kemana lagi harus mencari maaf dan cinta yang lebih besar dari pada duduk didekat Muhammad Rasulullah untuk mendapat pengampunan kepada Allah”
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Oleh sebab itu berkata Sayyidina Abu Hurairah radhiyallahu’anhu :
“ Wahai Rasulullah ketika kami sedang memandang wajahmu maka terangkat iman kami kepada keluhuran jauh dari pada saat kami tidak sedang melihatmu” Demikian indahnya cahaya hidayah yang Allah terbitkan di wajah SayyidinaMuhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Sampailah kita ke majelis luhur ini dengan undangan Ilahi untuk mencapai keluhuran yang lebih dari sebelumnya untuk terus di muliakan oleh Allah dari kehinaan menuju kemuliaan, dari kemuliaan menuju kemuliaan yang lebih, tangga – tangga keluhuran yang telah di hamparkan Allah kepada kita hingga naik derajat kita hingga naik lebih luhur dari pada sebelum kedatangan kita ke majelis ini dan keluar dari sini terus membawa rahmat dan teruslah dan teruslah dan janganlah bosan duduk bersama keridhaan Allah dan Rasul Nya.
Saudara saudariku yang di muliakan Allah,
Allah subhanahu wata’ala tiada henti – hentinya melimpahkan kemuliaan kepadaku dan kalian dan umat ini, walaupun kita melihat adanya musibah disana sini, Gunung Merapi, bencana Alam dan lain sebagainya sebagai teguran dan penghapusan dosa, bukan sebagai kemurkaan untuk umat Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ingatlah dimasa terdahulu jika Allah subhanahu wata’ala melihat umat Nabiyallah Musa yang telah jelas – jelas Allah tolong dengan terbelahnya lautan agar mereka selamat dari kejaran Fir’aun lalu Allah timpahkan lautan untuk menenggelamkan Fir’aun, lalu mereka masih juga berbuat maksiat kepada Allah. “Maka Ku angkat Gunung Tursina diatas kepala umat Nabi Musa, gunung itu diatas kepala mereka diangkat, mereka di perintah oleh Allah, dipaksa untuk berjanji setia meninggalkan dosa dan taat untuk bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala, maka mereka sujud dengan takutnya, takut gunung itu runtuh diatas kepala mereka” Bukan Allah membuat ledakan kecil, atau awan panas, tapi gunung itu di angkat diatas kepala mereka, jika mereka tidak mau sujud akandi timpakan keseluruhan gunung itu diatas mereka dan hilanglah semua ummat itu.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Bagaimana Allah telah membela umat Nabi Musa a.s namun Allah subhanahu wata’ala juga adil ketika pembelaan Allah dibalasdengan hal yang kufur dan maksiat maka Allah subhanahu wata’ala memaksakan mereka untuk taat kepada Nya subhanahu wata’ala dengan mengangkat Gunung Tursina maka sungguh hal yang terjadi bagi kita ini sangatlah kecil, umat – umat sebelumnya.
Ummat Nabiyallah Daud alaihi salaam ketika sudah dilarang untuk tidak boleh mengambil ikan bernelayan di hari sabtu, namun masih juga mereka berbuat, maka Allah subhanahu wata’alaberfirman :
“jadilah kalian kera – kera, (monyet – monyet) yang hina, (QS Al baqarah 65) berubahlah mereka menjadi kera keseluruhannya yang masih juga tidak taat kepada perintah untuk tidak boleh bernelayan di hari sabtu untuk umat itu, 3 hari kemudian mereka wafat”
Demikian di jelaskan pd kitab kitab tafsir, 3 hari hidup sebagai kera karena menolak perintah Allah subhanahu wata’ala, bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ala, kenapa Allah berbuat demikian, karena usia mereka sangat panjang, namun usia umat ini yang sangat singkat dan Nabi Nya yang paling mulia, yang paling indah, ketika mereka telah berkata, yang Allah subhanahu wata’ala ceritakan :
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ،
“ketika mereka berkata (Kata Allah) orang – orang Quraisy, berkata ‘wahai Allah (mereka juga percaya kepada Allah, orang Quraisy musyrikin itu percaya kepada Allah juga, dan mereka percaya ada 360 tuhan berhala lainnya selain Allah subhanahu wata’ala) jika Muhammad ini membawa kebenaran buktikan dengan turunnya hujan batu untuk kami dan dengan datangnya siksaan yang pedih sebagai bukti bahwa beliau ini membawa kebenaran” (QS Al Anfal 32)
Allah yang menjawab (Allah ceritakan ucapan itu) ketika mereka berkata :
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ، وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“ketika orang – orang musyrikin Quraisy berkata ‘wahai Allah jika ini kebenaran dari Mu maka tumpahkan kepada kami hujan batu dan siksaan pedih, bukti bahwa Muhammad ini membawa kebenaran….”
Lalu Allah meneruskan ayatnya : “Allah tidak akan menyiksa mereka musyrikin Quraisy selama engkau wahai Muhammad masih berada diantara mereka” (QS Al Anfal 32-33) Musyrikin Quraisy yang telah menantang Allah masih Allah tahan siksanya karena diantara mereka ada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah jelaskan : “Allah tidak akan menyiksa mereka dan tidak akan menurunkan azab atas mereka kalau engkau ada diantara mereka”
Hadirin hadirat, padahal mereka layak mendapatkan bala dan azab, mereka menantang Allah kalau ini kebenaran turunkan hujan batu, tetap Allah tolak karena ada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diantara mereka, Rahmatan lil’alamin
Lalu Allah teruskan :
“dan tiadalah Allah akan menurunkan siksaan pada mereka selama ada di antara mereka yang beristighfar” mohon pengampunan yang banyak maka wilayah – wilayah sekitarnya akan aman, demikian di jelaskan di dalam kutubuttafaasir bahwa yang di maksud bahwa semua orang harus istighfar baru Allah jauhkan musibah, tidak !!! tapiwalau ada sebagian orang yang beristighfar para shalihin shalihat yang berdzikir yang beristighfar memohon pengampunan itu akan membuat Allah menyingkirkan musibah dari pada orang – orang yang jahat walaupun ada di sekitar mereka, Warisan dari pada kemuliaan Rahmatan lil’alamin sayyidina Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Dimalam yang luhur ini sampailah kita kepada hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ، حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ،وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ، وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ، وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ، حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ، فَيَفِيضَ. (صحيح البخاري)
“belum akan datang hari kiamat, kecuali tanda – tandanya adalah tercabutnya ilmu”
Bagaimana tercabutnya ilmu ? Rasul bersabda di riwayatkan di dalam Shahih Bukhari dalam riwayat lainnya : “Allah subhanahu wata’ala mencabut ilmu, (bukan mencabut, langsung dari dada hamba – hambanya ilmu itu dari hati hambanya, Bukan !!!) akan tetapi Allah subhanahu wata’ala mencabut ilmu dari dunia itu dengan mewafatkan para ulama” Semoga Allah memanjangkan usia para ulama kita, “sampai satu wilayah tidak lagi tersisa ulama, maka mereka terpaksa mengambil orang yang tidak tahu apa – apa sebagai dianggap ulama maka mereka ditanya, mereka berfatwa semaunya, maka mereka sesat dan menyesatkan”(shahih Bukhari)
Hadirin hadirat dalam riwayat lainnya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“para Shalihin wafat dan wafat sampai tidak tersisa lagi shalihin di satu wilayah maka Allah tidak peduli lagi apa yang menimpa wilayah itu, kebaikan kah atau keburukan, tangisankah, apapun yang mereka perbuat Allah tidak lagi melihatnya” (Shahih Bukhari)
Maksudnya keberadaan para Shalihin adalah paku – paku di muka bumi dan ketidak beradaan mereka dan kemangkatan mereka adalah akan membuat semakin banyaknya musibah karena merekalah yang paling banyak istighfar, merekalah banyak do’a, merekalah yang banyak dzikir maka bagaimana cara menolak musibah ? membangkitkankembali generasi ahlul dzikir, generasi shalihin, generasi ahlul Sujud. Semoga bangkit muslimin muslimat dengan generasi shalihin, generasi muqarrabin.Amin Allahumma amin.
Juga dengan semakin cepatnya perputaran waktu, terasa semakin cepat waktu itu dari mulai pagi baru saja istirahat sebentar sudah waktu dhuhur, baru dhuhur sudah masuk Ashar, baru selesai Ashar tidak lama maghrib, isya’ serasa hari semakin hari semakin cepat, menunjukkan waktu hari akhir akan segera semakin mendekat, dan banyaknya gempa bumi, di mana – mana terjadi gempa, gunung merapi buat gempa, Tsunami buat gempa, banjir buat gempa, tanpa sebab gempa terjadi, di mana – mana gempa, dan munculnya banyak fitnah, banyak fitnah di sini di riwayat lainnya yaitu banyak yang mengaku Nabi, ada yang mengaku Tuhan, ada yang mengaku malaikat dan semakin banyak terjadi pembunuhan dan pembunuhan, terjadi pembunuhan, perpecahan, saling hantam satu sama lain, itu semua terus terjadi sampai datang waktunya nanti berlimpah pada kalian harta dan dia betul – betul dilimpah ruahkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat ini ditanyakan oleh para sahabat dalam riwayat lainnya
“wahai Rasul, kami bertanya bagaimana saat berlimpahnya harta bagi penduduk bumi di akhir zaman itu” Rasul bersabda :
“mereka lebih mencinta sujud dari pada kehidupan dunia mereka” (Shahih Bukhari) Maksudnya semakin banyak orang yang suka dengan sujud dan dzikir menunjukkan semakin dekatnya waktu kemakmuran akan tiba janji Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Demikian luhurnya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kejadian ini dan semua kejadian ini telah terjadi tinggal yang terakhir yang saya tunggu munculnya kemakmuran, semoga segera berlimpah kemakmuran atas muslimin muslimat, tanda – tandanya yang sudah di perlihatkan dan sudah jelas insya Allah akan semakin dekat, semakin banyak orang yang sujud, makin banyak orang yang cinta sujud, sujud dengan jasadnya dan sujud dengan hatinya, berdzikir adalah hakikatnya sujud, semua ibadah adalah hakikatnya sujud, semua taat adalah hakikatnya sujud.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Maka semakin banyak generasi muda yang baik dan bertaubat kepada Allah subhanahu wata’ala, tanda kemakmuran semakin dekat, semoga Allah mempercepatnya, hingga tersingkir dan berhenti semua bencana, berhenti semua perpecahan, berhenti semua itu berganti dengan kemakmuran,
saat itu di tanyakan kepada Rasul, diriwayatkan di riwayat yang tsiqa,
“Wahai Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bagaimana saat itu kejadian bumi?”
“Allah perintahkan pada bumi untuk memuntahkan semua pendaman hartanya, bumi di perintahkan oleh Allah, pendaman harta qarun semua di muntahkan oleh bumi saat itu” Mulai harta karun, semua yang terpendam, apakah berupa emas yang belum di buat (emas yang masih mentah) atau berlian, atau lainnya, mulai di keluarkan oleh bumi terus, sampai pendaman – pendaman orang – orang yang terdahulu di keluarkan oleh bumi dan di perintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mengeluarkannya, untuk orang – orang yang banyak dzikir, banyak beribadah, banyak bersedekah, banyak bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin hadirat semoga hal itu akan semakin dekat amin Allahumma amin, diriwayatkan didalam riwayat yang tsiqah, ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berwasiat, diriwayatkan di dalam Shahih Muslim Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan barang siapa yang kehilangan sesuatu, maka hendaknya dia berdo’a :
اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَ ا
“Wahai Allah berilah aku pahala atas musibah yang menimpaku dan gantikanlah dengan yang lebih baik”
Hal ini di dengar oleh ummu Salamah radhiyallanhawa ardoha ketika suaminya wafat yaitu Abu Salamah, maka ia membaca do’a ini,
Hati – hati dengan lintasan pemikiranmu !!!karena lintasan pemikiranmu di lihat oleh Allah dan Allah bisa menentukan baik dan buruknya seseorang dengan melihat lintasan pemikirannya.
Di riwayatkan di dalam Shahih Bukhari Rasul shallallahu ‘alaihi wasallambersabda :
“hati – hati dengan cita – cita kalian karena kalian tidak tau apa yang akan di berikan oleh Allah untuk kalian” Menunjukkan apa dari getaran jiwa kita bisa merubah nasibmu dimasa mendatang menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk.
Berkata Ummu salamah didalam hatinya :
“aduuh ….suamiku wafat diambil Allah subhanahu wata’ala, namun diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, suruh baca ‘wahai Allah beri aku pahala musibahku ini dan gantikan dengan yang lebih baik darinya’ lalu aku berkata ‘ya sudah aku ikuti Sunnah Nabi ku Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sambil bertanya – Tanya mana ada lagi yang lebih baik dari suamiku, karena Abu Salamah adalah orang yang pertama kali mati syahid”
Maka beberapa tahun kemudian Ummu Salamah hijrah ke Madinatul Munawarah, lalu dia dilamar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Ummu Salamah menjerit dan menangis.
Maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallamberkata :
“wahai Ummu Salamah jika kau tidak mau terima lamaranku, aku akan pulang jangan sampai membuatmu sedih, jangan sampai membuatmu bingung, kenapa engkau menjerit dan menangis” Ummu Salamah berkata :
“Wahai Rasulullah, bertahun – tahun yang lalu saat suamiku wafat aku ingat do’amu kau katakan “ beri aku pahala dalam musibah aku, gantikan dengan yang lebih baik darinya’ aku teringat yang wafat suamiku, siapa yang lebih baik dari suamiku?? ternyata getaran hatiku itu di dengar Allah, dan kini engkau wahai Rasul di tunjukkan oleh Allah gantinya”
Dari pertanyaan Ummu salamah “siapa yang lebih mulia dari suaminya ?”Allah jawab dengan Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai gantinya, maka aku menangis kata Ummu Salamah “bagaimana kau bisa melamar?” “perintah Allahsubhanahu wata’ala”
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Demikian indahnya aturan Ilahi, bagi mereka yang sangka baik kepada Allah subhanahu wata’ala,maka perbanyaklah sangka baikmu, sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam : “diantara kalian ada yang beramal dengan amal – amal ahli Syurga, amal – amal baik terus sampai antara dia dan syurga hanya tinggal 1 hasta lagi saja, tinggal beberapa nafas lagi dalam hidupnya didahului oleh kehendak Allah, di dahului oleh ketentuan Allah, bahwa dia harus menjadi penduduk Neraka, maka dia berubah amalnya menjadi amal – amal orang – orang yang jahat maka ia wafat dalam keadaan masuk Neraka, diantara kalian ada orang – orang yang terus jahat sampai antara dia dengan Neraka hanya tinggal 1 hasta saja lalu dia di dahului oleh ketentuan Allah untuk masuk kedalam Syurga maka berbalik amal pahalanya menjadi amal – amal orang yang baik setiap perbuatannya maka ia wafat dan wafat sebagai ahli Syurga” (Shahih Bukhari) Para Muhadditsin mensyarahkan Hadits ini adalah dari sebab getaran hati terjadi, ketika hati itu berbuat yang baik – baik pikirannya luhur maka itu akan menuntunnya kepada khusnul khatimah, namun apabila hati itu jahat walaupun ibadahnya banyak hatinya terus menghina orang, hatinya terus sombong pada orang lain, hatinya terus membenci orang lain, hatinya terus mencela orang lain, bisa saja di akhir Allah melihat orang ini tidak pantas masuk kedalam Syurga, maka Allah balikkan dengan ketentuannya, karena Allah subhanahu wata’ala.
“Sungguh Allah itu kata Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melihat pada perbuatan dan bentuk kalian tapi melihat kalian pada niat perbuatan itu, dan melihat apa yang ada pada Sanubari kalian, yang kalian fikirkan”
Hadirin hadirat saat seseorang bertakbir “Allahu Akbar” hatinya kosong, dia mendapat pahala, namun ketika ia bertakbir “Allahu Akbar” 1 kali dengan ucapan penuh kerinduan kepada Allah, jauh beribu kali lebih indah dari pada orang yang mengucapkannya yang sama dengan niat yang berbeda. Hadirin hadirat semoga Allah meluhurkan hati kita dengan cahayanya, perindah hati kita dengan keindahannya.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah, Maka jagalah hati dan sanubarimu, dalam niat – niat dan cita – cita, selalulah bercita – cita dengan hal – hal yang luhur, maka Allah akan melimpahkan keluhuran.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, Di riwayatkan di dalam riwayat yang tsiqah ketika salah satu wanita Bani Dinar yang saat Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam pulang dari peperangan maka dikatakan kepada ibu – ibu itu :
“wahai ibu suamimu wafat…” Maka berkata ibu itu :
مَا أَخْبَرَ رَسُوْلُ الله…؟
(Rasulullah kabarnya bagaimana?)
Dia lebih mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dari yang lainnya, maka datang orang ke dua :
“wahai ibu sabar suamimu wafat anakmu juga wafat”
Ibu itu berkata :
مَا أَخْبَرَ رَسُوْلُ الله…؟
(Rasulullah kabarnya dulu bagaimana?) Maka datang orang ketiga :
“wahai ibu ayahmu wafat”
Maka berkata ibu itu :
مَا أَخْبَرَ رَسُوْلُ الله…؟
(Rasulullah kabarnya dulu bagaimana?)
Maka datang orang yang ke empat :
“wahai ibu kakakmu wafat”
Habislah sudah semua seluruh keluarganya, sebatang kara sendiri dia berkata :
مَا أَخْبَرَ رَسُوْلُ الله…؟؟؟؟؟!!
“Bagaimana kabarnya Rasulullah dulu???”
Suaminya wafat, anaknya wafat, kakaknya wafat, ayahnya wafat, ia berkata bagaimana kabarnya Rasulullah, maka orang berkata :
رَسُوْلُ اللهِ فيِ عَافِيَةٍ كَمَا شِئْتِ
(Wahai ibu Rasulullah dalam keadaan sehat wal’afiat seperti yang kau inginkan)
دلني اليه….!
“tunjukkan aku kepada Rasul, aku ingin melihat Beliau dulu supaya aku tenang bahwa beliau betul – betul sehat wal’afiat”
Maka saat dia di bawakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamyang juga baru pulang dari peperangan diatas kuda putihnya, maka teriaklah ibu – ibu itu :
يَا رَسُوْلُ الله، كُلُّ مُصِيْبَةٍ دُوْنَكَ جَلَل (أي صغيرة)
“Wahai Rasulullah, semua musibah kecil asal kau sehat wal’afiat…!”
Suaminya wafat, anaknya wafat, ayahnya wafat, kakaknya wafat, dia katakan “semua musibah kecil asal kau sehat wal’afiat wahai Rasul”
Demikian indahnya cinta wanita dari Bani Dinar kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat diriwayatkan di dalam Adabul mufrad oleh Imam Bukhari bahwa salah satu seorang sahabat, ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam wafat dia berkata :
“Wahai Allah, ambil mataku, butakan penglihatanku, aku tidak mau melihat lagi apa – apa setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, jangan sampai mataku melihat lagi setelah wafatnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”
Maka ia di butakan oleh Allah, para sahabat berdatangan kepadanya, bersilaturrahmi kepadanya karena dia buta, berkata para Sahabat :
“kenapa engkau buta?”
Ia berkata :
“aku tidak mau lagi melihat apapun kalau tidak lagi lihat wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak bisa digantikan dengan kijang – kijang indah dari Yaman atau pemandangan – pemandangan lainnya, tidak bisa di gantikan oleh wajah indahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, aku tidak butuh mataku lagi biar saja buta kalau tidak lagi memandang wajah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam” Demikian indahnya hati mereka para Sahabat Rasul, cinta mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Di riwayatkan seorang ibu – ibu tua lanjut usia, ketika Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu lewat, Khalifah di masa lalu, pemimpin di masa lalu malam tidak tidur, keliling kerumah – rumah fuqara, keliling ke rumah – rumah dhu’afa, ke rumah – rumah orang susah , kerumah anak yatim barangkali ada rintihan tangis, barangkali ada yang kelaparan, barangkali ada yang kebutuhan maka dia lewat, rumah – rumah itu di ketahui, satu rumah di lewati Sayyidina Umar bin Khattab tau di situ ada seorang ibu – ibu lanjut usia yang sendiri sebatang kara tidak ada orang bersamanya di lewati oleh Sayyidina Umar bin Khattab mau di lihat apakah pelitanya hidup atau barangkali perlu di bantu untuk menghidupkan pelitanya, Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu’anhum, maka di malam hari itu iamendengar senandung do’a munajat dan tangis dari ibu tua itu, maka Sayyidina Umar mendekatkan telinganya “ jangan – jangan ibu – ibu ini lapar, kurang makanannya, aku harus membantunya”
Maka ia mendekatkan telinganya apa yang di rintihkan ibu itu, ternyata ibu itu sedang berdo’a :
“wahai Allah kau telah pisahkan aku dari Nabi Muhammad di dunia, jangan pisahkan lagi aku dengan Muhammad di akhirat, di dunia sudah kau buat Rasul wafat sebelumku, jangan sampai di akhirat aku tidak jumpa lagi”
Jatuh roboh Sayyidina Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu mendengar ibu itu, hingga tidak bisa lututnya menahan tubuhnya, dia jatuh berlutut dan menangis dari rindunya kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dan dari harunya atas do’a ibu yang sudah lanjut usia itu yang masih terus sedih dengan wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga berkata :
“wahai Allah kau telah wafatkan dan pisahkan aku dengan Nabi Muhammad di dunia, jangan pisahkan aku dengan Nabi Muhammad di akhirat”Demikian do’a ibu itu, Sayyidina Umar menangis radhiyallahu’anhu.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Diriwayatkan di dalam Shirah ibn Hisyam dan lainnya, bahwa ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berkurban untuk menyembelih onta, onta – onta itulah yang berdesakan ingin di sembelih oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal kebiasaan hewan, sebagaimana hewan kalau mau di sembelih pasti akan mengamuk kalau melihat darah atau melihat temannya di sembelih, musti di tutup tidak boleh melihat, Maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallamberkata : “Buka biarkan mereka melihat”
“Wahai Rasul mereka kalau melihat darah mengamuk”
“biarkan mereka melihat”
Maka para onta itu melihat, ketika Rasul sudah mengeluarkan pisaunya dan menajamkannya apa yang di perbuat oleh onta – onta itu, berdesakan untuk lebih dahulu di sembelih oleh tangan Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, roboh satu onta, yang lain menjulurkan kepalanya, satu – satu berdesakan ingin dahulu di sembelih oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Demikian cintanya hewan – hewan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di jelaskan oleh Al Imam Muhadits Al Imam Abdurrahman Addiba’i didalam maulidnya yang terkenal Ad Diba’
أَلمَْ تَرَاهَا وَقَدْ مَدَّتْ خُطَاهَا، وَسَالَتْ مِنْ مَدَامِعِهَا سَحَائِبْ، فَهِمْ طَرَبًا كَمَا هَامَتْ وَإِلَّا فَإِنَّكَ فِي طَرِيْقِ الْحُبِّ كَاذِبْ
Apakah kalian tidak lihat bahwa semua onta (sampai saat ini) yang mau menuju ke Madinah pasti onta – onta itu akan langkahnya di perpanjang ( melangkahnya lebih cepat, terburu – buru) ingin sampai ke Madinah, akan kalian saksikan semua onta kalau mau masuk ke madinah pasti mengalirkan air matanya karena mereka bergegas ingin cepat sampai ke Madinah. Fahamilah rahasia cinta kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam kalau tidak maka engkau berada kepada keadaan cinta yang dusta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin hadirat yang di muliakan Allah,
Demikian keadaan para Shahabat, demikian keadaan pria dan wanitanya, demikian keadaan hewan – hewan, demikian keadaan yang Allah tunjukkan kepada kita, cinta mereka kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaimana dengan kita.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebelum beliau wafat:
“Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling ramah, orang yang paling baik, orang yang paling sopan, orang yang paling berakhlak, orang yang tidak pernah menolak siapapun, ramah kepada semua musuh dan teman”
Hadirin hadirat yang di Muliakan Allah,
Hanya mau memerangi mereka yang memerangi muslimin, maka sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam itu lebih patut kau dahulukan dari diri kalian sendiri, dan istri beliau saw adalah ibunda ibunda orang mukmin” (QS Al Ahzab 6)
Demikian firman Allah dan Istri – istri Nabi adalah ibunda mu’minin, maka saat ayat itu turun Rasul berkata :
“barang siapa yang diantara kalian telah faham makna ayat itu bahwa aku lebih berhak dari kalian atas diri kalian sendiri maka siapapun dari kalian yang wafat lalu dia mempunyai harta waris maka bagikan kepada hak warisnya, kalau dia mempunyai hutang yang tersisa datang kepadaku aku yang akan melunasi karena aku lebih berhak atas diri orang itu, lebih berhak melunasi hutangnya dari orang beriman ituatas hutangnya”(Shahih Bukhari)
Kalau ia wafat belum bayar hutangnya aku yang bayar karena aku yang berhak dari ahli warisnya Shalallahualaihi wasalama wabaraka alaih wa’ala alih, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam inilah Nabi mu Muhammad, Inilah idolamu Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau ini selalu menghibur semua yang sedih mereka yang sedih dari para sahabat, beliau yang menghiburnya, mereka yang dalam kesusahan beliau yang menolongnya, mereka yang dalam masalah beliau yang menyelesaikan, mereka yang dalam apapun,mereka sakit beliau yang jenguk, mereka yang wafat beliau yang kuburkan.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, demikianlah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau berfikir bahwa beliau akan wafat, maka beliau berkata :
“Jika kalian nanti melihat musibah hal yang kalian tidak sukai (maksudnya Rasul tidak bisa lagi menghibur mereka) bersabarlah sampai kalian berjumpa dengan ku ditelaga Haudh shallallahu ‘alaihi wasallam”
hiburan untuk seluruh umatnya, menghibur sanubari kita yang hadir pula dimalam ini, mendengarkan ucapan ini bahwa kita tidak melihat beliau kita rindu dengan beliau, dan beliau sudah mengatakan, jika kalian ditimpa musibah atau masalah bersabarlah maksudnya apa?
“Aku tidak sempat menghibur tapi bersabarlah kita akan berjumpa di telaga Haudh”.Semoga kita semua berjumpa dengan Beliau di telaga Haudh.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah,
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mau berpisah dengan orang – orang yang mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dan selalu ingin dekat dengan mereka, sebagaimana dijelaskan ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam selesai dari Fatah Makkah Beliau tetap tidak tinggal di Madinah kampung halamannya Beliau memilih kembali tinggal di Makkah Kampung halamannya Beliau memilih kembalike Madinatul Munawarah Beliau berkata : “wahai Anshar hidupku bersama kalian wafat ku di tempat kalian” kata Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari ketika kaum Anshar ada diantara mereka yang cemburu karena Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam membagi bagi ghanimah disaat selesai perang Hunain didalam riwayat yang Tsiqah selesai perang Hunain. Rasul membagi bagi kaum Muhajirin, kenapa? Karena muhajirin sudah mereka kembali ke Makkah tidak tinggal terus di Makkah balik lagi bersama Rasul ke Madinah maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam kasihan melihat Muhajirin sudah pulang kampung di tinggal kampungnya ingin bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasul bagi – bagi pada Muhajirin dan pada mu’allaf, kaum Anshar tidak diberi kaum Anshar lagi mengeluh “saat kami sulit kami yang dipanggil”
ketika Rasul dalam desakan diperang hunain Rasul berbalik ke kanan dan kirinya dan berkata : “Wahai kaum anshar…”
maka Anshar pun turun dari atas bukit – bukit dan berkata :
“labbaik wa sa’daik ya Rasulullah” wahai Rasul kami datang, kami datang, kami bersamamu”, mereka turun dari atas bukit dengan panggilan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kaum anshar berkata : “saat sulit kami yang dipanggil, tapi saat bagian pembagian kami tidak di beri”
maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :
“mereka kembali kerumah rumah mereka membawa ghanimah, membawa harta, membawa kambing, membawa onta, membawa kerbau, kalian belum cukupkah aku pulang ketempat kampung – kampung kalian, aku datang untuk kalian tidak cukupkah aku untuk kalian? Maka mereka ku berikan harta tapi kalian ku berikan diriku”
maka berkatalah kaum Anshar :
“sudah ya Rasulullah, cukup ya Rasulullah kami sangat gembira”
maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda untuk menenangkan kaum Anshar seraya berkata :
“kalau seandainya kaum Anshar meninggalkan Madinah pergi kelembah lain aku akan ikut bersama kaum Anshar, kalau seandainya kaum Anshar pergi kesuatu perbukitan keluar dari Madinah aku akan bersama kaum Anshar, kalau bukan karena hijrah aku adalah dari orang Anshar kata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Kenapa ? karena tidak mau pisah dengan para kekasihnya, kaum Anshar terkenal sangat cinta pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, saat beliau datang THOLA’AL BADRU ALAINA bergemuruh dengan rebana menyambut kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasul yang terusir disemua wilayah,terusir di Makkah, di tempat – tempat lainnya, terusir di Thaif dan di tempat lainnya namun di Madinah di sambut dengan hangat Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, maka saat itu Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lupa cintanya kaum Anshar, yang selalu tidak ingin pisah dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita sejiwa dengan pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda didalam riwayat yang Shahih dariImam ibn Katsir dalam tafsirnya bahwa
“tiadalah seorang yang bersalam kepada ku kecuali Allah kembalikan ruh ku pada jasad ku sampai aku menjawab salamnya”
Demikian hadirin hadirat berkata Imam ibn Katsir hadits ini memiliki kejelasan maknawiy bahwa bukan berarti tiap kali orang bersalam ruh nya Rasul masuk ke tubuhnya lalu menjawab, tapi yang dimaksud adalah Rasul itu setelah wafat dihidupkan kembali, dikembalikan ruhnya kepada jasadnya untuk menjawab semua salam umatnya yang tidak pernah berhenti setiap shalat, orang bersalam. demikian di barat dan timur Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam terus menjawab semua yang bersalam kepada beliau demikian beliau bersabda, namun hadits itu dimaksudkan untuk memuliakan orang – orang yang bersalam kepada beliau dan Allah subhanahu wata’ala telah berfirman:
“Jika orang – orang bersalam kepada mu jawablah yang lebih baik atau yang sama dengan salam itu” maka siapapun yang bersalamkepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dijawab oleh Rasul dengan salam yang lebih indah atau salam yang sama padanya”.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah, salah seorang hamba Allah di dalam mimpinya ia melihat di majelis seperti ini di majelis ini orang – orang bersalam, jama’ah kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dengan qasidahnya maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam ditanyakan :
“ wahai Rasul saw apakah engkau menjawab salam kami, kami yang bersalam kepada mu di dalam majelis”
maka Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :
عَلَيْكُمْ شَوْقِي وَرَحْمَتِي يا أهل الجلسة…
“atas kalian cinta ku dan kerinduanku wahai hadirin di majelis ini” “kasih sayangku, dan rinduku atas kalian wahai yang hadir di majelis”
lantas hamba Allah itu bertanya lagi :
“wahai Rasul saw apakah mereka itu semua akan kau janjikan kumpul dengan mu kelak di telaga Haudh”
maka Rasul saw berkata :
“ku janjikan kalian berkumpul dengan ku di telaga Haudh kelak aku telah rindu dengan mereka”
Hadirin hadirat demikian yang saya saksikan sendiri dan demikian indahnya salam terhadap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau telah berkata :
“Rahmatku, kasih sayang ku, dan rinduku untuk kalian, dan kalian akan berjumpa wahai ahlul majelis, ya ahlul jalsah wahai yang hadir di majelis akan berjumpa dengan ku dan berkumpul dengan ku di telaga haudh”
Hadirin hadirat kita semua insya Allah tidak terkecuali kumpul dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam kelak.Amin Allahumma amin ya Rabbal ‘alamin.
Hadirin hadirat kita terus berdoa dan bermunajat dan semoga Allah subhanahu wata’ala membenahi keadaan kita dhahiran wa bathinan mengabulkan segala hajat kita, menghapuskan dosa – dosa kita, dan memperbaiki masa depan kita di dunia dan di akhirat dengan keluhuran, dengan kemuliaan, dengan kesucian, dengan kemakmuran, dengan kebahagiaan, amin Allahumma amin.

Majalah Al Kisah Terkini

Majalah Al Kisah terkini

http://majalah-alkisah.com

Khamis, November 25, 2010

PENGAJIAN KITAB SIYARUS SAALIKIN

PENGAJIAN KITAB SIYARUS SAALIKIN

Bersama :
SHEIKH AHMAD FAHMI ZAMZAM AL-MALIKI AN-NADWI
.
pada :
5 DIS 2010 (AHAD)
masa :
JAM 9.00 PAGI – 12.30 TGHR
.
tempat :
Dewan Solat Masjid Al Falah, USJ9 Subang Jaya

Rabu, November 24, 2010

Ibnu Atho’ilah al-Iskandary, Penulis Kitab Al-HikamIbnu Atho’ilah al-Iskandary, Penulis Kitab Al-Hikam

Ibnu Atho’ilah al-Iskandary, Penulis Kitab Al-Hikam

Ibnu Atho’ilah al-Iskandary, Sang Penulis Kitab Al-Hikam
Sahabats…
Dalam rangka meneladani kehidupan para kekasih Allah ra., kali ini kami sajikan tulisan tentang Kisah Kehidupan Syeikh Ibnu Aththailah penulis kita Al-Hikam yang penuh hikmah…
Semoga Allah membimbing kita untuk mengambil bermanfaat…amin.
==========================================================================================
Kelahiran dan keluarganya
Pengarang kitab al-Hikam yang cukup populer di negeri kita ini adalah Tajuddin, Abu al-Fadl, Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atho’ al-Iskandari al-Judzami al-Maliki al-Syadzili. Ia berasal dari bangsa Arab. Nenek moyangnya berasal dari Judzam yaitu salah satu Kabilah Kahlan yang berujung pada Bani Ya’rib bin Qohton, bangsa Arab yang terkenal dengan Arab al-Aa’ribah. Kota Iskandariah merupakan kota kelahiran sufi besar ini. Suatu tempat di mana keluarganya tinggal dan kakeknya mengajar. Kendatipun namanya hingga kini demikian harum, namun kapan sufi agung ini dilahirkan tidak ada catatan yang tegas. Dengan menelisik jalan hidupnya DR. Taftazani bisa menengarai bahwa ia dilahirkan sekitar tahun 658 sampai 679 H.
Ayahnya termasuk semasa dengan Syaikh Abu al-Hasan al-Syadili -pendiri Thariqah al-Syadzil iyyah-sebagaimana diceritakan Ibnu Atho’ dalam kitabnya “Lathoiful Minan “ : “Ayahku bercerita kepadaku, suatu ketika aku menghadap Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili, lalu aku mendengar beliau mengatakan: “Demi Allah… kalian telah menanyai aku tentang suatu masalah yang tidak aku ketahui jawabannya, lalu aku temukan jawabannya tertulis pada pena, tikar dan dinding”.
Keluarga Ibnu Atho’ adalah keluarga yang terdidik dalam lingkungan agama, kakek dari jalur nasab ayahnya adalah seorang ulama fiqih pada masanya. Tajuddin remaja sudah belajar pada ulama tingkat tinggi di Iskandariah seperti al-Faqih Nasiruddin al-Mimbar al-Judzami. Kota Iskandariah pada masa Ibnu Atho’ memang salah satu kota ilmu di semenanjung Mesir, karena Iskandariah banyak dihiasi oleh banyak ulama dalam bidang fiqih, hadits, usul, dan ilmu-ilmu bahasa arab, tentu saja juga memuat banyak tokoh-tokoh tasawwuf dan para Au liya’S holihin.
Oleh karena itu tidak mengherankan bila Ibnu Atho’illah tumbuh sebagai seorang faqih, sebagaimana harapan dari kakeknya. Namun kefaqihannya terus berlanjut sampai pada tingkatan tasawuf. Hal mana membuat kakeknya secara terang¬terangan tidak menyukainya.
Ibnu Atho’ menceritakan dalam kitabnya “Lathoiful minan” : “Bahwa kakeknya adalah seorang yang tidak setuju dengan tasawwuf, tapi mereka sabar akan serangan dari kakeknya. Di sinilah guru Ibnu Atho’ yaitu Abul Abbas al-Mursy mengatakan: “Kalau anak dari seorang alim fiqih Iskandariah (Ibnu Atho’illah) datang ke sini, tolong beritahu aku”, dan ketika aku datang, al-Mursi mengatakan: “Malaikat jibril telah datang kepada Nabi bersama dengan malaikat penjaga gunung ketika orang Quraisy tidak percaya pada Nabi. Malaikat penjaga gunung lalu menyalami Nabi dan mengatakan: ” Wahai Muhammad.. kalau engkau mau, maka aku akan timpakan dua gunung pada mereka”. Dengan bijak Nabi mengatakan : ” Tidak… aku mengharap agar kelak akan keluar orang-orang yang bertauhid dan tidak musyrik dari mereka”.
Begitu juga, kita harus sabar akan sikap kakek yang alim fiqih (kakek Ibnu Atho’illah) demi orang yang alim fiqih ini”.
Pada akhirnya Ibn Atho’ memang lebih terkenal sebagai seorang sufi besar. Namun menarik juga perjalanan hidupnya, dari didikan yang murni fiqh sampai bisa memadukan fiqh dan tasawuf. Oleh karena itu buku-buku biografi menyebutkan riwayat hidup Atho’illah menjadi tiga masa :
Masa pertama
Masa ini dimulai ketika ia tinggal di Iskandariah sebagai pencari ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqih, usul, nahwu dan lain-lain dari para alim ulama di Iskandariah. Pada periode itu beliau terpengaruh pemikiran-pemikiran kakeknya yang mengingkari para ahli tasawwuf karena kefanatikannya pada ilmu fiqih, dalam hal ini Ibnu Atho’illah bercerita: “Dulu aku adalah termasuk orang yang mengingkari Abu al-Abbas al-Mursi, yaitu sebelum aku menjadi murid beliau”. Pendapat saya waktu itu bahwa yang ada hanya ulama ahli dzahir, tapi mereka (ahli tasawwuf) mengklaim adanya hal-hal yang besar, sementara dzahir syariat menentangnya”.
Masa kedua
Masa ini merupakan masa paling penting dalam kehidupan sang guru pemburu kejernihan hati ini. Masa ini dimulai semenjak ia bertemu dengan gurunya, Abu al-Abbas al-Mursi, tahun 674 H, dan berakhir dengan kepindahannya ke Kairo. Dalam masa ini sirnalah keingkarannya terhadap ulama’ tasawwuf. Ketika bertemu dengan al-Mursi, ia jatuh kagum dan simpati. Akhirnya ia mengambil Thariqah langsung dari gurunya ini.
Ada cerita menarik mengapa ia beranjak memilih dunia tasawuf ini. Suatu ketika Ibn Atho’ mengalami goncangan batin, jiwanya tertekan. Dia bertanya-tanya dalam hatinya : “Apakah seharusnya aku membenci tasawuf? Apakah suatu yang benar kalau aku tidak menyukai Abul Abbas al-Mursi? setelah lama aku merenung, mencerna akhirnya aku beranikan diriku untuk mendekatnya, melihat siapa al-Mursi sesungguhnya, apa yang ia ajarkan sejatinya. Kalau memang ia orang baik dan benar maka semuanya akan kelihatan. Kalau tidak demikian halnya biarlah ini menjadi jalan hidupku yang tidak bisa sejalan dengan tasawuf.
Lalu aku datang ke majlisnya. Aku mendengar, menyimak ceramahnya dengan tekun tentang masalah-masalah syara’. Tentang kewajiban, keutamaan dan sebagainya. Di sini jelas semua bahwa ternyata al-Mursi yang kelak menjadi guru sejatiku ini mengambil ilmu langsung dari Tuhan. Dan segala puji bagi Allah, Dia telah menghilangkan rasa bimbang yang ada dalam hatiku”. Maka demikianlah, ketika ia sudah mencicipi manisnya tasawuf hatinya semakin tertambat untuk masuk ke dalam dan lebih dalam lagi. Sampai-sampai ia punya dugaan tidak akan bisa menjadi seorang sufi sejati kecuali dengan masuk ke dunia itu secara total, menghabiskan seluruh waktunya untuk sang guru dan meninggalkan aktivitas lain. Namun demikian ia tidak berani memutuskan keinginannya itu kecuali setelah mendapatkan izin dari sang guru al-Mursi.
Dalam hal ini Ibn Athoilah menceritakan : “Aku menghadap guruku al-Mursi, dan dalam hatiku ada keinginan untuk meninggalkan ilmu dzahir. Belum sempat aku mengutarakan apa yang terbersit dalam hatiku ini tiba-tiba beliau mengatakan : “Di kota Qous aku mempunyai kawan namanya Ibnu Naasyi’. Dulu dia adalah pengajar di Qous dan sebagai wakil penguasa. Dia merasakan sedikit manisnya tariqah kita. Kemudian ia menghadapku dan berkata : “Tuanku… apakah sebaiknya aku meninggalkan tugasku sekarang ini dan berkhidmat saja pada tuan?”. Aku memandangnya sebentar kemudian aku katakan : “Tidak demikian itu tariqah kita. Tetaplah dengan kedudukan yang sudah di tentukan Allah padamu. Apa yang menjadi garis tanganmu akan sampai padamu juga”.
Setelah bercerita semacam itu yang sebetulnya adalah nasehat untuk diriku beliau berkata: “Beginilah keadaan orang-orang al-Shiddiqiyyin. Mereka sama sekali tidak keluar dari suatu kedudukan yang sudah ditentukan Allah sampai Dia sendiri yang mengeluarkan mereka”. Mendengar uraian panjang lebar semacam itu aku tersadar dan tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Dan alhamdulillah Allah telah menghapus angan kebimbangan yang ada dalam hatiku, sepertinya aku baru saja melepas pakaianku. Aku pun rela tenang dengan kedudukan yang diberikan oleh Allah”.
Masa ketiga
Masa ini dimulai semenjak kepindahan Ibn Atho’ dari Iskandariah ke Kairo. Dan berakhir dengan kepindahannya ke haribaan Yang Maha Asih pada tahun 709 H. Masa ini adalah masa kematangan dan kesempurnaan Ibnu Atho’illah dalam ilmu fiqih dan ilmu tasawwuf. Ia membedakan antara Uzlah dan kholwah. Uzlah menurutnya adalah pemutusan (hubungan) maknawi bukan hakiki, lahir dengan makhluk, yaitu dengan cara si Salik (orang yang uzlah) selalu mengontrol dirinya dan menjaganya dari perdaya dunia. Ketika seorang sufi sudah mantap dengan uzlah-nya dan nyaman dengan kesendiriannya ia memasuki tahapan khalwah. Dan khalwah dipahami dengan suatu cara menuju rahasia Tuhan, kholwah adalah perendahan diri dihadapan Allah dan pemutusan hubungan dengan selain Allah SWT.
Menurut Ibnu Atho’illah, ruangan yang bagus untuk ber-khalwah adalah yang tingginya, setinggi orang yang berkhalwat tersebut. Panjangnya sepanjang ia sujud. Luasnya seluas tempat duduknya. Ruangan itu tidak ada lubang untuk masuknya cahaya matahari, jauh dari keramaian, pintunya rapat, dan tidak ada dalam rumah yang banyak penghuninya.
Ibnu Atho’illah sepeninggal gurunya Abu al-Abbas al-Mursi tahum 686 H, menjadi penggantinya dalam mengembangkan Tariqah Syadziliah. Tugas ini ia emban di samping tugas mengajar di kota Iskandariah. Maka ketika pindah ke Kairo, ia bertugas mengajar dan ceramah di Masjid al-Azhar.
Ibnu Hajar berkata: “Ibnu Atho’illah berceramah di Azhar dengan tema yang menenangkan hati dan memadukan perkatan-perkatan orang kebanyakan dengan riwayat-riwayat dari salafus soleh, juga berbagai macam ilmu. Maka tidak heran kalau pengikutnya berjubel dan beliau menjadi simbol kebaikan”. Hal senada diucapkan oleh Ibnu Tagri Baradi : “Ibnu Atho’illah adalah orang yang sholeh, berbicara di atas kursi Azhar, dan dihadiri oleh hadirin yang banyak sekali. Ceramahnya sangat mengena dalam hati. Dia mempunyai pengetahuan yang dalam akan perkataan ahli hakekat dan orang orang ahli tariqah”. Termasuk tempat mengajar beliau adalah Madrasah al-Mansuriah di Hay al-Shoghoh. Beliau mempunyai banyak anak didik yang menjadi seorang ahli fiqih dan tasawwuf, seperti Imam Taqiyyuddin al-Subki, ayah Tajuddin al-Subki, pengarang kitab “Tobaqoh al-syafi’iyyah al-Kubro”.
Sebagai seorang sufi yang alim Ibn Atho’ meninggalkan banyak karangan sebanyak 22 kitab lebih. Mulai dari sastra, tasawuf, fiqh, nahwu, mantiq, falsafah sampai khitobah.
Karomah Ibn Athoillah
Al-Munawi dalam kitabnya “Al-Kawakib al-Durriyyah” mengatakan: “Syaikh Kamal Ibnu Humam ketika ziarah ke makam wali besar ini membaca Surat Hud sampai pada ayat yang artinya: “Diantara mereka ada yang celaka dan bahagia…”. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam liang kubur Ibn Athoillah dengan keras: “Wahai Kamal… tidak ada diantara kita yang celaka”. Demi menyaksikan karomah agung seperti ini Ibnu Humam berwasiat supaya dimakamkan dekat dengan Ibnu Atho’illah ketika meninggal kelak.
Di antara karomah pengarang kitab al-Hikam adalah, suatu ketika salah satu murid beliau berangkat haji. Di sana si murid itu melihat Ibn Athoillah sedang thawaf. Dia juga melihat sang guru ada di belakang maqam Ibrahim, di Mas’aa dan Arafah. Ketika pulang, dia bertanya pada teman-temannya apakah sang guru pergi haji atau tidak. Si murid langsung terperanjat ketika mendengar teman-temannya menjawab “Tidak”. Kurang puas dengan jawaban mereka, dia menghadap sang guru. Kemudian pembimbing spiritual ini bertanya : “Siapa saja yang kamu temui ?” lalu si murid menjawab : “Tuanku… saya melihat tuanku di sana “. Dengan tersenyum al-arif billah ini menerangkan : “Orang besar itu bisa memenuhi dunia. Seandainya saja Wali Qutb di panggil dari liang tanah, dia pasti menjawabnya”.
Ibn Atho’illah wafat
Tahun 709 H adalah tahun kemalangan dunia maya ini. Karena tahun tersebut wali besar yang tetap abadi nama dan kebaikannya ini harus beralih ke alam barzah, lebih mendekat pada Sang Pencipta. Namun demikian madrasah al-Mansuriyyah cukup beruntung karena di situlah jasad mulianya berpisah dengan sang nyawa. Ribuan pelayat dari Kairo dan sekitarnya mengiring kekasih Allah ini untuk dimakamkan di pemakaman al-Qorrofah al-Kubro.
Sumber : www.al-hasani.com

Kisah Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih bertemu dengan Nabiyullah Khidir

Kisah Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih bertemu dengan Nabiyullah Khidir

Cerita dari Habib Hasan bin Ja’far Assegaf (Nurul Mustafa) tentang Al Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih

Aku Mendengar dari guruku, as-sayyid al-walid habibana Hasan bin ja’far assegaf,dan bliau sendiri yg mengalaminya.
suatu ketika,semasa habib Hasan di pesantren darul hadist malang, beliau dipanggil oleh gurunya untuk membuat teh 2 gelas,lalu habib Hasan bingung berfikir dalam hati beliau, kan ga ada tamu kok minta bikin 2 gelas teh…
krena printah guru bsar,beliau turuti….
Singkat cerita jadilah teh itu dibawa kehadapan guru beliau Habib Abdullah bin Abdulqadir Bil Faqih. lalu habib Hasan berfikir,klo teh itu untuk beliau berdua. Ternyata Habib Hasan disuruh keluar,ya Hasan ente boleh keluar (perkataan Habib Abdullah Bil Faqih).

lalu Habib Hasan keluar,dari kejauhan Habib menunggu tamu siapa yg akan datang. Dan lalu tiba-tiba datang tukang siomay berpakaian compang camping dengan mengenakan handuk kcil dilehernya, lalu tukang siomay itu diciumi kening dan pipinya oleh gurunya Habib Hasan. Dan tekang siomay itu memegang jenggot gurunya, dalam hati Habib Hasan bertanya-tanya siapa dia lancang sekali tidak lama kemudian, karena Habib Hasan perutnya sakit beliau menuju belakang (kamar mandi), tidak selang lama panggilan adzan datang. Lalu Habib Hasan buru-buru menuju masjid, dan ketika sebelum sampai masjid bertemu guru beliau al Habib Abdullah bin Abdulqadir bin Ahmad Bil Faqih lalu beliau bercakap-cakap dengan Habib Hasan,
“ya Hasan kmana td ente”, dg polosnya beliau jawab
“ane ke belakang bib sakit perut”,
lalu guru bliau bilang lagi,
“coba tadi ente sabar sebentar menunggu ane,ane ajak salaman ma beliau”
Habib Hasan kaget dan berkata, “kan cuma tukang siomay ya Habib”. lalu guru beliau berkata
“enak aje ente,ente liat pake kaca mata gag.itu nabi yaallah khidir yg bertamu ama ane,klo bliau pake gamis n imamah rapih,org2 pada mau salaman”
subhanallah,ini terjadi waktu tahun 80an
Sebuah Catatan Facebook

Majlis KUALA LUMPUR BERSELAWAT

Majlis KUALA LUMPUR BERSELAWAT


10hb Disember · 5.00 ptg – 11.00 ptg
——————————————————————————–
Lokasi Dataran TV AlHijrah,
Kompleks Pusat Islam Kuala Lumpur (berhadapan Masjid Negara)
——————————————————————————–
Direka Oleh: Al Mawlid
——————————————————————————–
lebih info Majlis ini akan diadakan pada dua (2) hari; 10 dan 11 Disember 2010.
Majlis akan bermula pada jam 5ptg hingga 11mlm (majlis dihentikan sementara menjelang waktu mahgrib, dan akan disambung pada pukul 9).
Layar Mahabbah (AlMawlid, Marjan, Mirwana, Noh Hujan, Altimet, dan ramai lagi)
Semua muslimin & muslimat dijemput hadir & sebarkan jemputan ini ke seramai yang mungkin

Selasa, November 23, 2010

Mutiara Bersinar dari Bani Alawi

Mutiara Bersinar dari Bani Alawi

Habib Abu Bakar bin Husein Assegaf Bangil, Mutiara Bersinar dari Bani Alawi
Beliau mempunyai garis keturunan suci yang terus bersambung dan bermuara pada penghulu manusia generasi dahulu dan sekarang hingga akhir nanti, al-Habibul A’dhom Rasulullah s.a.w.. Beliau ialah putera dari pasangan Habib Husein bin Abdullah Assegaf dan Syarifah Syifa binti Abdul Qodir al-Bahr yang dilahirkan di kota Seiwun, Hadramaut pada tahun 1309H.
Salah satu mahaguru beliau adalah Habib al-Qutb Abu Bakar bin Muhammad bin Umar Assegaf Gresik. Banyak dari kitab-kitab salaf yang beliau pelajari dari Habib Abu Bakar Assegaf terutama kitab karangan Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin. Tidak hanya sekedar belajar, Habib Abu Bakar Assegaf Gresik juga mengijazahkan dan memberi titah kepada beliau Habib Abu Bakar bin Husein untuk membaca sekaligus mengajarkannya setiap hari di kediamannya sendiri. Tercatat di kediamannya sendiri, beliau telah mengkhatamkan kitab Ihya sebanyak 40 kali. Tiap t a hunnya beliau membuat jamuan yang istimewa dalam rangka acara khataman kitab Ihya tersebut. Beliau r.a adalah figur yang berakhlak mulia. Terbukti bahwa beliau adalah sosok yang luwes dalam bergaul. Beliau menatap setiap orang dengan tatapan yang berseri-seri, baik itu kecil atau besar, tua atau muda beliau tatap dengan muka manis penuh penghormatan. Beliau r.a juga senang berkumpul dan mencintai para fakir miskin dengan membantu memenuhi keperluan mereka, khususnya kaum janda dan anak-anak yatim. Meski p un demikian beliau belum pernah merasa kurang hartanya karena beliau bagi-bagikan, sebaliknya beliau mendapat balasan harta dan jasa dari orang-orang kaya pecinta kebajikan. Sungguh beliau r.a mencurahkan segenap umurnya untuk membantu kaum fakir miskin, orang-orang yang kesusahan, menjamu para tamu, mendamaikan 2 belah pihak yang saling berseteru dan mencarikan jodoh para gadis muslimat. Habib Abu Bakar bin Husein Assegaf selalu dan senantiasa memberikan motivasi untuk menapaki jejak para aslafunas sholihin, meniru dan berhias diri dengan akhlakul karimah. Bahkan beliau senantiasa mengingatkan akan mutiara kalam Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad (shohibur ratib):
“Berpegang tegunglah pada Al-Qur an da n ikutilah sunnah Rasul, dan ikutilah jejak para aslaf niscaya Allah akan memberimu hidayah.”
Selain itu beliau juga mengingatkan akan pesan Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi (shohibul maulid) di kala berpesan pada putra-putranya:
“Diantara yang bisa membuat hatiku senang adalah dengan berpegang teguhnya kalian dengan thoriqoh para datuk, keluarga dan leluhurku.”
Legitimasi beliau di mata kaum sholihin pada zamannya tidak perlu diragukan lagi. Alhabib Al- Arifbillah Habib Husein bin Muhammad al-Haddad Tegal berkata.
“Kepada seorang habib yang bersinar, yang telah masuk padanya huruf jar hingga ia menjadi _majrur (tertarik ke hadirat Allah) dan mabrur (baik) dan akan menjadi terpuji penghujungnya pada hari kebangkitan dan pengumpulan. Seorang yang indah dan ayah nya-Abu Bakar bin Hasan Assegaf. Semoga Allah menjaganya sebagaimana memelihara kitab sucinya yang mulia.
Dalam surat beliau yang lain, beliau berkata:
“Segala puji bagi Allah zat yang maha berkehendak. Maka barangsiapa yang dikehendaki mendapat kebaikan pasti Ia akan menggunakannya pada jalan kebaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah keharibaan pemimpin dan kekasih kita Muhammad SAW yang telah mengajak kita pada segala kebajikan, beserta para sahabat dan kerabatnya serta kepada seorang anak yang telah diberkahi dan mendapat pertolongan Alhabib Abu Bakar bin Husein Assegaf, yang telah dijadikan oleh Allah sebagai tempat penampakan segala kebajikan, dan semoga dilimpahkan bagi beliau salam yang melimpah.”
Salamun Qoulan Min Rabbir Rahiim
Pada akhir hayatnya beliau sekitar lima belas menit sebelumnya, beliau meminta putranya Habib Husein bin Abu Bakar Assegaf untuk membacakan bait qosidah Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad:
“Tiada satupun makhluk di muka bumi ini, melainkan ia membutuhkan keutamaan dari Tuhannya yang Maha Satu dan Esa.”
Sampai akhir qasidah ini beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir untuk menghadap Sang Kholik yang Maha Suci.
Beliau wafat pada hari Senin 27 Muharram 1384H waktu subuh dan dikebumikan di Bangil pada hari Selasa waktu dhuha. Sepeninggal beliau ditemukan beberapa bait syair di bawah bantalnya yang ertinya,
“Aku telah menjadi tamu Allah di alam baka dan bagi dzat yang mulia pasti akan memuliakan tamunya. Para penguasa dapat memberi maaf bagi orang yang mengunjungi istananya, lalu bagaimanakah dengan orang yang berkunjung ke hadirat Tuhannya yang Maha Rahman.”
Selamat jalan wahai kekasih Allah, sejarah telah mengabadikan namamu dengan tinta emas. Semoga kita dapat meneladani akhlak dan kebaikannya. Amin.

Mendapat Hidayah Allah di Majlis Habib Munzir

Mendapat Hidayah Allah di Majlis Habib Munzir

Limpahan puji kehadirat Allah SWT yg tiada henti mengampuni setiap hamba hamba pendosa, 4 thn lalu hamba hanyalah seorang yg berhikmat dengan dosa dan maksiat, hari demi hari dalam usia yg semakin dihitung oleh malaikat terus bermaksiat dan melupakan nama yang paling berwibawa yaitu ” Alloh”, aku jauh darinya dan terhempas kedalam lumuran dosa yg berat dan semakin lupa akan namanya…dan hingga suatu ketika aku lelah dengan semua ini tak ada yg menuntunku dan menyadarkan ku untuk berhenti berbuat dosa.. ya Alloh maafkan aku berilah aku pembimbing dunia akherat aku ingin berhenti dari semua yg kau murkai begitu doaku disaat aku termenung dalam kesendirian..
Alhamdullilah Doaku didengar olehNYA, maka kaki ini seolah olah ingin melangkah menghadiri acara khaul majelis zikir didaerah menteng atas dan akupun menghadirinya… aku melihat seorang ahlul bait yg begitu wibawa dengan karomahnya ..tutur kata, sikap dan ajakan yg begitu lembut dan penuh kedamaian seketika itu pula tak terasa air mata ini menetes terkesan dengan penyampainya..aku bertanya dalam hati siapakah dia hingga aku bertanya pd jemaah disampingku dia menjawab ..dia Habib Munzir al Musyawa pendiri majelis Rasullulah SAW…subhanalloh inikah jawaban Alloh atas permintaanku, hingga akhirnya kumencari dmn Majelisnya…
4 thn sudah berlalu hamba selalu luangkan waktu untuk datang pada setiap jadwal majelis beliau, baik yang jauh maupun dekat, beliaulah yg mengubah hidupku dan mencoba mengangkatku dari jilatan api neraka
Allahhu akbar…sungguh beliau panutan umat muslim masa kini bahkan aku menganggap beliau sebagai parameter tauhid dan aqidah umat muslim diseluruh dunia, wahai habibana cukuplah hamba yang mengenal dan melihatmu dari jauh dalam kekhusyukan doa dan munajat, karena seperti yg diucapkan habibana jika kita mencintai Rasullullah SAW maka bersambunglah ruh diantara kita….karena kita sama sama menyintainya dan satu shaf menuju keridhoannya…Habibana perkenankan hamba mengucapkan terimaksaih yg tak terkira krn habibibana menyelamatkan hamba dari panasnya api neraka.
Azila(Nama Penuh Di Rahsiakan)

Kiriman & Laman Popular

Kiriman & Laman Popular

Hari Ini

TajukDibaca
Home pageMore stats70
Tartib Dan Tata Cara Membaca Ratib Al-HaddadMore stats13
Rahasia Sholat DhuhaMore stats12
Panggilan Cinta Menuju Serambi SurgaMore stats12
Mendapatkan Ilmu Laduni Menurut Alqur’anMore stats11
Kisah Karomah Habib Munzir Al MusawwaMore stats11
Antara 7 Wali Allah di Tanah Melayu :: As-Sayyid Habib Nuh Al-Habsyi Rahimahullah 1788M - 1866M :: More stats10
Antara 7 Wali Allah di Tanah Melayu More stats10
Tips Murah RezekiMore stats9
GAMBAR2 MAJLIS PENGIJAZAHAN HADIS OLEH MAULANA SAYYID SALMAN AL-HUSAINI AN-NADWIMore stats9
Keputusan UPSR 2010 diumumkan pada 11 NovemberMore stats8
17 Habaib Berpengaruh Di IndonesiaMore stats8
3 Hizib Wali QutubMore stats7
Amalan Hizib dan Ucapan Syeikh Abu-l Hassan Al Syadzuli More stats7
Kisah Nabi Musa Membelah Laut Merah Terbukti secara IlmiahMore stats6
Al-Habib Ahmad Masyhur bin Taha AlhaddadMore stats6
Cerita Karomah Habib Munzir Al Musawwa More stats6
GAMBAR2 HAUL IMAM AL HADDAD 2010More stats6
Tiada Penghalang Untuk Melihat Allah swtMore stats6
Mimpi Berjumpa Rasulullah saw – Habib Munzir More stats6
Amalan istighfar dan shalawat Habib Ali Alaydrus bin Jaafar .More stats6
Borang Darul Al Quran Wal HadithMore stats5
Semua Berjalan di Jalannya Masing-Masing - Al Habib Umar bin HafidhMore stats5
Madzhab Al-Asy’ari: Benarkah Ahlussunnah Wal-Jama’ah? Jawaban Terhadap Aliran SalafiMore stats5
Other posts