Tausiyah Guru Mulia al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ibn Syekh Abu Bakar bin Salim حفظه الله : Bagaimana Mengetuk Pintu RahmatNYA
Tausiyah Guru Mulia al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ibn Syekh Abu Bakar bin Salim حفظه الله di Majlis Haul Syekh Abu Bakar bin Salim di Cidodol Kebayoran Lama, 03 Januari 2010
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله segala puji dan syukur kepada Allah Ta’ala, kita pada saat ini, saya dan kalian berkumpul dihadapan Allah Ta’ala. Kita menanti dipintu Allah Yang Maha Pemurah, Yang Maha Dermawan. Semuanya ini disebutkan dalam dakwahnya Nabi Besar Muhammad صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم, pemimpin sekalian Rasul, dengan itulah berdiri tiang-tiang kecintaan kepada Allah Ta’ala, kecintaan kepada NabiNya, kecintaan kepada orang-orang yang sholeh, para auliya` dan sholihin dan kaum mukminin.
Dan segala macam kemuliaan yang diberikan Allah Ta’ala ini kepada kita saat ini, ini adalah pemberian yang diberikan Allah Ta’ala secara percuma tanpa didahului dengan wang muka dari kita sekalian. Wahai orang-orang yang telah dimuliakan oleh Allah Ta’ala dengan beragam kemuliaan di majlis ini, yang mana saat ini kita mencari rahmat dan kurnia Allah Ta’ala dan kita telah diberikan Allah Ta’ala, maka perhatikanlah bahwa saat ini Allah sedang menilik kita sekalian.
Dan Allah Ta’ala mengetahui apa yang ada di dalam benak dan rahsia sanubari kita. Dan Allah Ta’ala mengetahui apa yang kita sembunyikan di dalam hati kita. Bagi Allah sama saja apa yang nampak kita zahirkan ataupun kita sembunyikan, semuanya sama bagi Allah Ta’ala. Apabila kalian mencari keredhaan dari Allah Ta’ala dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya, maka Allah Ta’ala akan melimpahkan keredhaanNya kepada kalian. Dan orang yang suka maksiat, insya Allah dapat meraih keberkahan dari berkah orang-orang yang taat pula.
Meraikan Malis Haul
Apabila kita merayakan, bergembira dengan haulnya Syekh Abu Bakar bin Salim رضي الله عنه ini, sesungguhnya kita bergembira dengan kurnia yang diberikan Allah Ta’ala. Dan kita merayakan bergembira dengan rahmat yang diberikan Allah Ta’ala. Dan kita merayakan nikmat yang dikurniakan Allah Ta’ala. Dan kita bergembira dengan jasa yang Allah Ta’ala berikan kepada kita sekalian. Dan kita merayakan warisan dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Dan seseorang yang merayakan seorang pewaris, maka dia pun merayakan orang yang mewariskannya, yaitu Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Dan kita merayakan cahaya-cahaya iman dan yakin. Dan kita merayakan sifat-sifat yang mulia disisi Allah Ta’ala.
Apabila kita saat ini berkumpul merayakan hal-hal yang mulia tersebut, orang-orang yang mulia yang dekat dengan Allah, maka sungguh tidak diragukan, bahwasanya Allah pun akan mendekatkan kita kepadaNya (yakni rahmatNya).
Kurnia Allah kepada Orang Yang Menghadiri Majlis-majlis Dhikir (seperti majlis ILMU, majlis HAUL, MAWLID dan seumpamanya)
Berapa besar kurnia Allah Ta’ala untuk umat ini, berapa banyak orang yang masuk ke dalam majlis ini, dalam keadaan tadinya dia jauh dari Allah, dia keluar dari majlis ini dalam keadaan sudah dekat dengan Allah. Bahkan berapa orang yang masuk kedalam majlis ini, tadinya dia dicatat sebagai orang yang celaka, dia keluar dari majlis ini sebagai orang yang beruntung.
Dan berapa banyak orang yang hadir dalam majlis ini tadinya hatinya penuh dengan kekotoran, keluar dengan membawa hati yang bersih bercahaya. Berapa banyak orang yang hadir dalam majlis ini, hatinya gelap gulita, dia keluar dengan membawa hati yang terang benderang. Berapa banyak orang yang masuk dalam majlis ini dalam keadaan Allah Ta’ala tidak suka, berpaling dengan orang tersebut, tetapi tidaklah dia keluar dari majlis ini melainkan Allah Ta’ala mencintai orang tersebut.
Wahai orang-orang yang mencari kebaikan yang saya sebutkan ini, bersungguh-sungguhlah dalam pencarianmu. Dan kembalilah kepada Allah Ta’ala. Dan merendahlah, tunduklah kepada keagungan Allah Ta’ala. Dan agungkan Allah Ta’ala. Dan tetap tidak ada yang lebih agung dari Allah Ta’ala. Dan tidak ada yang lebih besar dari Allah Ta’ala. Dan tidak ada yang lebih dermawan dari Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala yang telah mengangkat darjat Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وصحبه وسلم. Allah Ta’ala yang mengangkat darjat para anbiya, mengangkat darjat para malaikat dan para auliya` serta kaum sholihin. Mereka adalah orang-orang yang sangat tinggi disisi Allah. Dan orang-orang yang mencari selain ketinggian selain dari yang mendekatkan kepada Allah maka mereka itulah orang-orang yang jatuh dan terjerumus. Bumi telah menjadi saksi ke atas generasi manusia, generasi umat dan golongan yang mana mereka mencari kemuliaan selain dari Allah, maka mereka pun hina dan terjelepuk dijatuhkan oleh Allah Ta’ala.
Di antara mereka yang mencari kemuliaan dan kehebatan melalui kehebatan senjata, seperti kaum ‘Ad iaitu kaumnya Nabi Hud عليه السلام yang mengatakan: “Siapa yang lebih kuat dan lebih hebat dari kami?”. Yang lain lagi merasa hebat dengan harta yang ia miliki, yang demikian banyak hartanya seperti Qorun. Di antara mereka ada yang mencari kehebatan dan kemuliaan melalui hukum, pemerintahan serta kekuasaan seperti Fir’aun dan Namrud. Semuanya sebagaimana telah difirmankan oleh Allah Ta’ala, kami habisi mereka, kami ambil akibat perbuatan dosa mereka. Di antara mereka yang ada ditenggelamkan, ada yang dikirim halilintar, ada yang dihancurkan rumah mereka. Bukan Allah yang menzholimi mereka, bahkan merekalah yang menzholimi diri mereka sendiri.
Dan sekarang di mukabumi ini masing-masing mengadakan perkumpulan- perkumpulan untuk mencari kemuliaan, keamanan dan kehebatan selain dari Allah. Mereka adalah orang-orang yang dengan pekumpulannya tersebut, menuai keamanan, darjat yang tinggi dan yang lain sebagainya, kerana mereka MENYANGKA bahwa orang-orang yang sebelumnya yakni dari umat-umat yang terdahulu itu mendapat kehebatan dari harta dan apa yang mereka miliki, dan pada pandangan Allah Ta’ala akan menambah kedudukan mereka.
Akan tetapi dengan majlis semacam inilah kita berharap kepada Allah Ta’ala, dengan majlis inilah kita mencari dan meminta kepada Allah Ta’ala, dan kita menuju dan bermaksud kepada Allah Ta’ala. Dan kita bertumpu kepada Allah. Dan kita bersandar dan bergantung kepada Allah Ta’ala. Dan kita mendekatkan diri dengan hal yang mendekatkan kita dengan Allah Ta’ala dan yang disukai oleh Allah Ta’ala. Justru dengan keberadaan majlis semacam ini umat akan menjadi baik dan akan menjadi semakin bagus.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala memperbanyak majlis-majlis seumpama ini dan Allah Ta’ala mengabadikan pengaruhnya dalam jiwa kita. Dan kita dalam perkumpulan kita ini, di awal tahun yang mulia ini berdoa dan berharap kepada Allah Ta’ala. Kita meminta agar Allah Ta’ala menolak dari diri kita, dari seluruh kaum muslimin, dan seluruh rakyat Indonesia serta seluruh penjuru dunia berbagai macam bala’ dan musibah yang membawa keburukan bagi umat Islam ini. Dan alangkah kuatnya dan betapa kuatnya kurnia yang kita dapat dari Allah Ta’ala, berdoa kepada Allah Ta’ala dimajlis yang mulia ini, kita berdoa bersama-sama dan mengucapkan amin kepada Allah Ta’ala. Apabila keluar dari majlis ini hati-hati jiwa-jiwa yang tunduk kepada Allah, yang memohon kepada Allah Ta’ala, yang luluh kerana malu kepada Allah Ta’ala maka dia telah keluar membawa rahmat dan kurnia yang besar dari Allah Ta’ala.
Bagaimana Mengetuk Pintu RahmatNYA
Allah Ta’ala berfirman seketika kalian meminta tolong kepada Allah Ta’ala dan Allah Ta’ala menjawab doa kalian. Malah semalam sebelum turunnya ayat ini Rasulullah SAW tidak bisa tidur, Beliau bermunajah dalam tahajudnya, “Ya Hayyu Ya Qoyyum”. Beliau banyak menangis. Beliau banyak memohon kepada Allah Ta’ala. Maka Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq رضي الله عنه yang bersama Nabi ikut menangis dan memeluk Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dan berkata , “Cukup ya Rasulullah, Allah Ta’ala pasti akan mengabulkan doamu”. Dan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah mengajarkan kepada kita bagaimana caranya mengetuk pintunya Allah Ta’ala dan memohon kepada Allah Ta’ala.
Sebaik-baiknya hal yang ada didalam hati kita pada saat Allah Ta’ala sedang menatap hati dan bathin kita adalah bagi Allah menemukan dalam hati kita penyesalan atas kesalahan dan dosa-dosa kita. Dan sesungguhnya sebagaimana dalam hadits, orang mukmin; dia memandang dosa yang dia lakukan, dosa peribadinya itu bagai gunung yang ada di atas kepalanya yang sewaktu-waktu boleh menimpa dirinya dan membinasakannya. Adapun seorang munafik; menganggap dosa yang dia lakukan itu bagaikan lalat yang hinggap dihidungnya yang boleh dia usir bila-bala sahaja.
Ketika Imam Hasan al-Bashri melewati sekelompok kaum sedang berbahas tentang masalah qadho dan qadar tanpa didasari ilmu, mereka berbincang-bincang dalam masalah yang mereka tidak mengerti, maka Imam Hasan al-Bashri mengatakan: Jika mereka masih memikirkan dosa-dosa mereka nescaya mereka tidak akan ada waktu untuk membicarakan hal-hal semacam ini. Bagaimana halnya dengan seseorang yang setiap hari dan malam harinya dia habis waktunya dalam pandangan yang diharamkan oleh Allah Ta’ala? Bagaimana dengan seseorang yang habis waktunya dalam memburuk-burukkan orang-orang sholeh, sahabat Nabi dan keluarganya? Bagaimana dengan keadaan seseorang yang ingin mengatur, menganggap orang lain dari para pendahulunya, orang-orang besar, mau diatur dengan hukumnya dan mau menghakimi mereka seenak perutnya sendiri, menganggap mereka itu orang biasa dan kecil. Seandainya mereka memikirkan dosa mereka, nescaya mereka tidak akan tenggelam sibuk dalam hal-hal semacam begini.
Ini bukan sikap orang-orang yang memikirkan dosa-dosa mereka. Ini adalah yang di firmankan Allah Ta’ala, dalam al-Qur’an yakni sifat-sifat yang mulia, dalam hal ini adalah orang-orang yang apabila datang kepada Nabi setelah mereka, yakni yang mengatakan Rabbanafirlana ampuni kami sekalian dan juga dosa orang-orang sebelum kami pendahulu-pendahulu kami. Dan jangan jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yeng beriman. Sesungguhnya Kau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau mencari pengampunan dari Allah Ta’ala untuk diri beliau dan orang-orang di zaman beliau. Dengan susah payah beliau meminta kepada Allah Ta’ala. Beliau setiap malam menangis untuk Allah Ta’ala. Beliau apabila disampaikan kepada beliau atau mendengar dari orang lain kalau ada orang lain yang menjelek-jelekan dan menghinakan beliau, beliau langsung berdoa dan mendoakan orang tersebut dan memohonkan ampunan kurnia Allah Ta’ala untuk orang itu.
Dan sesungguhnya itu apabila ada orang yang mengganggu beliau dalam waktu cepat dekat disusul musibah menimpa orang yang mengganggunya. Ditanya Syekh Abu Bakar bin Salim: “Apakah kamu menyumpah orang-orang yang mengganggumu?. Dijawabnya: Tidak aku sama sekali tidak pernah menyumpah orang islam, akan tetapi Allah Ta’ala yang murka terlebih dahulu, kecemburuanNya terhadap para auliya`Nya tanpa sebelum aku tahu, maka dibinasakan Allah Ta’ala, kalau aku tahu aku akan minta tolong terlebih dahulu”.
Warisan dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم, yang mana sifat Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم tentang kaum munafikin ketika Baginda صلى الله عليه وآله وسلم mengatakan: “Seandainya aku tahu kalau aku beristighfar untuk mereka lebih dari 70 kali akan diampuni Allah untuk mereka, maka aku akan beristghfar lebih dari 70 kali agar mereka diampuni”. Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau membentuk majlis-majlis ilmu dan majlis zikir untuk orang awam dan orang khusus. Datang pada beliau murid-murid dari jauh, dari Syam, dari Mesir, dari Haramain (Makkah dan Madinah) dan dari tempat pelosok yang jauh untuk menimba ilmu kepadanya. Beliau mendidik murid-muridnya, mendidik sekalian manusia untuk bersikap adab yang patut kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana kita dengar bahwasanya didapur beliau dimasak setiap harinya 700 sampai 1,000 potong roti.
Suatu hari datang ke rumah Syekh Abu Bakar bin Salim seorang wanita dengan membawa sedikit makanan yakni sekitar setengah liter atau setengah mud dengan niat ingin menghadiahkan kepada Syekh Abu Bakar bin Salim. Ketika sampai wanita tersebut kepada pembantu Syekh Abu Bakar Bin Salim, pembantu itu berkata: “Apalah ertinya hadiah yang kau berikan ini? Tidakkah kau tahu setiap hari kami memasak hingga seribu potong roti untuk para tamu-tamu kami?” Maka tidak disangka-sangka datang Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau turun dari tangga menemui wanita itu setelah terdengar suara wanita tersebut. Langsung beliau berkata kepada wanita tersebut: “Engkau datang ketempat ini wahai ibu kerana Allah, dan engkau bermaksud kepada saya, engkau menuju kepada saya kerana Allah Ta’ala. Berapa banyak langkah yang engkau langkah dalam perjalananmu menuju kemari, semuanya adalah pahala dari Allah. Dan engkau menyiapkan hadiah yang mulia ini. Berapa butir dari gandum yang engkau hadiahkan kepada saya, tiap butirnya betapa besar pahalanya disisi Allah Ta’ala.” Maka diangkat dan diterima hadiah tersebut oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, menjamu dan menghormati wanita tersebut. Dan dia keluar dari rumahnya dalam keadaan gembira.
Dan beliau pun menegur pembantunya dan berkata: “Jangan sekali lagi kau berucap kalimat seperti tadi kepada siapa pun. Ketahuilah bahwasanya kami tidak menyaksikan yang memberi kepada kami semata-mata hanya Allah Ta’ala. Apa pun yang sampai kepada kami melalui tangan hamba-Nya banyak ataupun sedikit pada hakikatnya pemberinya adalah Allah Ta’ala. Sesungguhnya Allah memberi ganjaran kepada mereka sesuai dengan niat mereka, apabila ikhlas kerana Allah Ta’ala”. Beliau juga mengatakan: “Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, yang banyak tidak akan datang kepadanya.” Dan ini adalah lambang, warisan yang beliau bawa dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Disebutkan dalam riwayat hidup beliau, bahwasanya beliau mengagungkan, menghormati nikmat Allah yang diberikan walaupun sedikit. Suatu ketika beliau melihat ada sedikit makanan terjatuh dilantai, dibiarkan begitu saja beliau angkat dan beliau berkata kepada isterinya: “Hendaknya engkau mensyukuri menjaga nikmat yang dikurniakan Allah Ta’ala, sebab apabila nikmat tersebut diambil oleh Allah Ta’ala akhirnya tidak kembali lagi.”
Memandang Kepada Orang-orang Sholeh
Ketika beliau memiliki kesungguhan kepada Alah Ta’ala, ingin memberikan manfaat kepada hamba-hamba Allah Ta’ala maka beliaupun membawa pengaruh besar bagi lingkungannya dan bagi orang-orang di sekelilingnya. Hingga beliau mengatakan: “Seandainya datang kepada saya seorang Badui yang tidak terpelajar, tapi dia punya kesungguhan ingin sampai dan mengenal kepada Allah, dalam sesaat akan saya buat dia sampai dan mengenal Allah”.
Hingga disebutkan dalam riwayat bahwa pandangan seorang mukmin, apabila ia memandang, menatap wajah mukmin yang lain, menatap dengan penuh rahmat dan kasih sayang, maka ini adalah suatu pahala yang amat besar disisi Allah Ta’ala.
Adapun apabila seorang mukmin memandang seorang mukmin yang lebih istimewa, dari pada wali-wali Allah Ta’ala, maka ini adalah ramuan yang mujarab yang membuatnya dekat dengan Allah Ta’ala. Sehingga dikatakan para ulama: “Barang siapa tidak melihat wajah orang-orang yang beruntung bagaimana ia dapat menjadi orang yang untung. Dan barangsiapa menatap wajah orang beruntung dengan ikhlas kerana Allah Ta’ala bagaimana ia tidak untung? Pasti untung!”. Dikatakan oleh Syekh Abu Bakar bin Salim: “Ini adalah kurnia yang engkau dapatkan apabila engkau melihat kepada para auliya. Adapun apabila wali tersebut yang melihat engkau, tidak dapat dibayangkan kurnia yang akan engkau dapatkan.”
Pernah dalam suatu kejadian, ketika di sebuah negeri di musim kemarau panjang, mereka sholat istisqo minta hujan sekali, dua kali tidak juga turun hujan sampai tiga kali. Ketika kebetulan datang satu orang ditempat tersebut melihat kesusahan manusia dan dia berkata sebelum orang-orang tersebut sholat istisqo: “Ya Allah demi apa yang ada di dalam kepala saya ini maka saya meminta kepada-Mu agar Engkau menurunkan hujan kepada manusia.” Dan turun hujan ketika itu juga. Maka keesokan harinya dicari orang tersebut yang berdoa dan bertawasul yang berkatnya, turun hujan. Maka ditanya kepadanya: “Memangnya apa yang ada didalam kepalamu hingga engkau bertawasul dengan apa yang ada didalam kepalamu?”. Dijawabnya: “Sesungguhnya apa yang ada didalam kepala saya ini ada dua bola mata yang pernah melihat wajah Abu Yazid al- Bishtami, dengan berkat itu Allah turunkan hujan”.
Disebutkan bahwasanya Imam Umar al-Muhdor, putera kepada Syekh Abu Bakar bin Salim, beliau berkata: “Saya tidak rela murid saya yang paling rendah kalau kedudukannya, bahagiannya sama dengan Abu Yazid al-Bisthami. Saya tidak puas dan tidak redha”. Kalau anaknya seperti ini bagaimana dengan pula dengan ayahnya, Syekh Abu Bakar bin Salim? Berapa banyak dengan berkat beliau Allah Ta’ala mendamaikan antara orang lain, satu sama lain beliau mendamaikan orang dan orang juga damai dengan berkat beliau.
Dan di dalam hadits Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم ada dalil yang membuktikan betapa besar pengaruh dari pandangan ini dan melihat penglihatan ini. Disebutkan bahwasanya Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم bersabda: “Kelak barangsiapa berperang di jalan Allah Ta’ala bertanya mereka antara satu sama lain: Adakah diantara kalian yang pernah melihat Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم? Mereka berkata: Ada. fulan,fulan dan fulan. Dan dengan itu mereka meraih kemenangan”. Kemudian datang generasi berikutnya ditanya: “Apakah ada diantara kita orang-orang yang bertempur berjihad ini orang-orang yang pernah melihat manusia yang pernah melihat Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم? Maka dikatakan: Ada. Fulan dan fulan pernah melihat sahabat Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم”. Maka bertawasul dengan orang-orang tersebut dan Allah Ta’ala memberikan kemenangan kepada mereka. Kemudian juga datang lagi generasi berikutnya, ketika seseorang dalam waktu suatu jihad dan pertolongan lambat, mereka tidak berhasil meraih kemenangan kerana terlalu lambat, hingga akhirnya bertanya diantara mereka: “Adakah ada diantara kalian yang pernah melihat orang yang pernah melihat orang yang pernah melihat sahabat yang pernah melihat Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم?”.
Karamah Syeikh Abu Bakar bin Salim
Dan disebutkan juga dalam riwayatnya ada seorang ulama besar Imam besar dari Mekah yang datang kepada Sayyidina Syekh Abu Bakar bin Salim dengan niatnya beliau dan akhirnya Allah Ta’ala dengan berkat Syekh Abu Bakar Bin Salim diampunkan hal-hal yang terjadi antara dia dengan isterinya. Ketika orang ini datang dengan niat ini kepada Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat, baru masuk ruang bilik berjumpa dengan Syekh Abu Bakar bin Salim langsung disambut oleh Syekh Abu Bakar: “Selamat datang wahai al-Bakri, sesungguhnya saya telah memperbaiki segala macam kekacauan yang terjadi antara engkau dengan isterimu. Sudah selesai semuanya!”.
Kemudian disajikan kopi kepada mereka yang ada di majlis itu, kemudian diambil satu cangkir kopi oleh Syekh Abu Bakar bin Salim, dikeluarkan melalui jendela maka ketika kembali tangan tersebut cangkir kopi sudah tidak ada lagi entah kemana. Kemudian Syekh Abu Bakar bin Salim berkata: “Wahai Abdurrahim (ulama Mekah ini), insyaAllah Allah Ta’ala akan memberikan kebaikan kepada isterimu kepada keluargamu dan kelak dia akan mengandung seorang putera yang menjadi ulama besar di Mekah dan namakan anak tersebut Umar”. Dan ketika dia pulang ke negerinya Mekah ia dapati isterinya baik, jauh berubah, urusannya beres semua, dan ia bertanya: Apa yang terjadi hingga engkau menjadi baik seperti ini?”. Maka isterinya mengeluarkan cangkir kosong seraya berkata: “Tadinya dicangkir ini ada kopinya, datang beberapa waktu yang lalu seorang tua yang demikian indah membawakan saya cangkir berisi kopi ini, saya minum langsung berubah saya punya hati”. Maka dia melihat cangkir tersebut, ketika diperhatikan ia berkata: “Ini adalah cangkir yang dipegang Syekh Abu Bakar bin Salim di Inat”. Lalu dia bertanya: “Bila kau dapat cangkir ini dari orang tua tersebut?” Lalu dijawab: “Waktunya sekian, tanggal sekian, jam sekian, hari sekian.” Ketika diingat-ingat betul hari itu adalah hari ketika saya bersama Syekh Abu Bakar bin Salim diruangannya. Dia bertanya lagi: “Bagaimana sifat orang yang datang membawakan kopi?”. Setelah disifati oleh isterinya ia berkata: “Dia adalah Syekh Abu Bakar Bin Salim”. Kemudian dia berkata: “Demi Allah waktu yang engkau sebutkan itu aku bersama Syekh Abu Bakar bin Salim diruangannya di Inat sana dan di mengambil secangkir kopi dan dia keluarkan dari jendela dan keluarkan tangannya dari jendela itu dan kembali dalam keadaan kosong.
Dan kemudiannya wanita tersebut melahirkan seorang putera dengan berkat Syekh Abu Bakar bin Salim dan diberi nama Umar bin Abdurrahim (sebagaimana yang dipesan oleh Syekh Abu Bakar bin Salim) yang menulis kitab ilmu fiqih yang luar biasa dan menjadi ulama besar di Mekah.
Dan kita sekarang di dalam perkumpulan majlis ini mari kita berdoa kepada Allah Ta’ala dengan berkat Syekh Abu Bakar bin Salim, Allah Ta’ala Insya Allah memperbaiki hubungan kita dengan Allah Ta’ala dan orang-orang yang punya hak yang besar terhadap kita sekalian, makhluk-makhluknya Allah Ta’ala, mudah-mudahan Allah Ta’ala membantu kita didalam memperbaiki hubungan kita dengan mereka semuanya. Dan mudah-mudahan Allah Ta’ala memberikan keridhoanNya kepada kita sekalian agar Allah Ta’ala mengampuni kita semua. Alhamdulillah atas nikmat yang demikian besar ini, taufik yang Allah berikan kepada kita sekalian ini semuanya yang Allah Ta’ala berikan dengan berkat shohib musnid yang telah membantu terwujudnya acara hari ini. Dan keberkahan dari perkumpulan kita ini, Ya Allah akan kembali dan mencapai semua yang hadir dan lingkungan kita, kota kita, negeri kita dan seluruh kaum muslimin dimanapun mereka berada dengan berkat majlis ini. sebab yang kita minta yang kita panggil namanya tadi adalah Allah Yang Maha Agung Yang Maha Tinggi, Yang Maha Besar, yang mana Allah Ta’ala menciptakan segala-galanya.
Dan inilah kita datang kepada Allah Ta’ala melalui pintu orang yang dicintai dan mencintai Allah Ta’ala. Maka bersungguh-sungguhlah berdoa kepada Allah Ta’ala. Semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita yang lampau. Dan Allah Ta’ala menjaga kita dari perbuatan dosa dalam umur kita yang selanjutnya ini. Dan orang-orang yang kini telah meninggal dunia, yang tidak hadir ditempat ini, daripada anak kita, keluarga kita, orang tua kita, kerabat kita, semoga Allah Ta’ala mengangkat derajat mereka dan mengampuni mereka sekalian. Dan semoga Allah Ta’ala mudah-mudahan memberikan keberkahan dalam sisa hidup kita ini dan memberikan kita husnul khatimah. Kemudian setelah wafat mudah-mudahan Allah Ta’ala mengumpulkan kita bersama wali-wali, bersama kaum sholihin, bersama Sayyidina Syekh Abu Bakar Bin Salim, Ya Allah berdekatan dengan Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم.
Mintalah kepada Allah Yang Maha Penyayang dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa dan menyeru kepada Allah Ta’ala. Dan memohonlah kepada Allah Ta’ala dengan sesungguh-sungguhnya sebab Allah Ta’ala menyukai orang yang bersungguh-sungguh didalam memohon kepadaNYA. Berdoalah dengan hati kita, lidah kita dan seluruh jiwa kita menyeru nama: “Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah…..”
Sekian dari,
al-Fagir ilaLlah abu zahrah al-qedahiy
taman seri gombak
Tiada ulasan:
Catat Ulasan