Tawaran Murah Hotel

Selasa, September 23, 2008

JAWABAN ATAS PERNYATAAN YANG

JAWABAN ATAS PERNYATAAN YANG
MENYUDUTKAN AHLUSSUNNAH
WALJAMAAH
Telah disampaikan kepada saya mengenai lembaran pernyataan yang menyudutkan
ahlussunnah waljamaah, pertama kali yang muncul dalam hati saya adalah :
1. Lembaran ini bermaksud memecah belah muslimin, membawa fitnah untuk
merisaukan masyarakat awam.
2. Saya tak percaya bahwa lembaran ini ditulis oleh para ulama, karena terlalu dangkal
sekali dan menunjukkan kebodohan dan awam terhadap ilmu syariah, barangkali
lembaran ini hanya ditulis oleh para pemuda yang iseng belaka, namun saya akan
coba jelaskan satu persatu Insya Allah.
DALAM HAL SHOLAT
1. Agar meninggalkan kebiasaan membaca Usholi dengan suara keras. Karena
niat itu pekerjaan hati, cukup dalam hati saja.
JAWAB
Hal ini merupakan ijtihad Imam Syafii Rahimahullah, barangkali anda belum mengenal
siapa imam syafii, Imam Syafii adalah Imam besar yang lahir pada th 150 H, beliau
adalah murid Al hafidh Al Muhaddits Imam Malik rahimahullah, beliau sudah hafidh
alqur’an sebelum usia baligh, dan ia sudah melewati derajat Al Hafidh dimasa
mudanya, yaitu telah hafal 100 ribu hadits dengan sanad dan matan, dan beliau telah
pula melewati derajat Alhujjah dimasa dewasanya, yaitu hafal 300 ribu hadits dengan
sanad dan matan,
Beliau kemudian terus memperdalam Syariah dan hadits hingga diakui oleh para
Muhadditsin sebagai Imam, dan salah satu murid beliau sendiri yaitu Imam Hanbali
(Ahmad bin Hanbal) hafal 1 Juta hadits dengan sanad dan matan, dan murid Imam
syafii banyak yang sudah menjadi Muhaddits dan Imam pula, ratusan para Muhaddits
dan Imam yang juga bermadzhabkan syafii jauh setelah beliau wafat, diantaranya
Alhafidh Al Muhaddits Imam Jalaluddin Abdurrahman Assuyuthi, Imam Al Hafidh AL
Muhaddits Syarafuddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Annawawi, Al Hafidh Al Imam
Ibn Hajar Al Atsqalaniy dan imam imam lainnya,
Maka sangkalan anda batil karena anda hanya menyangkal tanpa ilmu, bukan seorang
mujtahid, apalagi Muhaddits, mengenai penggunaan lafadh itu sudah muncul dalam
kalangan Imam Madzhab, maka yang bermadzhabkan syafii boleh menggunakannya,
dan tak satupun dalil atau ucapan para Imam dan muhadditsin yang
mengharamkannya, lalu bagaimana anda mengharamkannya?
SURAT WAHABI
www.majelisrasulullah.org
Kenalilah Akidahmu 47
2. Ba’da shalat, imam tidak perlu baca wirid, dzikir dengan suara keras, cukup
dalam hati, dan imam ba’da shalat tidak perlu memimpin do’a bersama dengan
jama’ah. Imam dan jama’ah berdo’a sendiri- sendiri dalam hati.
JAWAB
Rasulullah saw bila selesai dari shalatnya berucap Astaghfirullah 3X lalu berdoa
Allahumma antassalam, wa minkassalaam….dst” (Shahih muslim hadits no.591,592)
Kudengar Rasulullah saw bila selesai shalat membaca : Laa ilaaha illallahu wahdahu
Laa syariikalah, lahulmulku wa lahulhamdu…dst dan membaca Allahumma Laa
Maani’a limaa a’thaiyt, wala mu’thiy…dst” (shahih Muslim hadits no.593)
Hadits semakna pada Shahih Bukhari hadits no.808, dan masih banyak puluhan hadits
shahih yang menjelaskan bahwa Rasul saw berdzikir selepas shalat dengan suara
keras, sahabat mendengarnya dan mengikutinya, hal ini sudah dijalankan oleh para
sahabat radhiyallahu ‘anhum, lalu tabi’in dan para Imam dan Muhadditsin tak ada yang
menentangnya.
Mengenai doa bersama sama Demi Allah tak ada yang mengharamkannya, tidak pada
Alqur’an, tidak pada hadits shahih, tidak Qaul sahabat, tidak pula pendapat Imam
Madzhab.
3. Jama’ah ba’da shalat, tidak perlu mencium tangan imam, cukup bersalaman
saja.
JAWAB
Kebiasaan mencium tangan merupakan kebiasaan baik sebagai tanda penghormatan,
hal ini telah dilakukan dan diajarkan oleh Rasulullah saw, sebagaimana diriwayatkan
bahwa Ibn Abbas ra setelah wafatnya Rasul saw beliau berguru pada Zeyd bin Tsabit
ra, maka Ibn Abbas ra disuatu hari menuntun tunggangan Zeyd bin tsabit ra, maka
berkata Zeyd ra : “jangan kau berbuat itu”, maka berkata Ibn Abbas ra : “beginilah kita
diperintah utk menghormati ulama ulama kita”, maka turunlah Zeyd bin tsabit ra dari
tunggangannya seraya mencium tangan Ibn Abbas ra dan berkata : “Beginilah kita
diperintah memuliakan keluarga Rasulullah saw”.
(Faidhul Qadir oleh Al hafidh Al Imam Abdurra’uf Almanaawiy Juz 2 hal 22), (Is’aful
Mubtha’ oleh Al Hafidh Al Muhaddits Imam Assuyuthi ).
Anda lihat kalimat : “beginilah kita diperintah..”, kiranya siapa yang memerintah
mereka?, siapa yang mengajari mereka?, mereka tak punya guru selain Muhammad
Rasulullah saw.
Riwayat lain adalah ketika Ka’b bin malik ra gembira karena taubatnya diterima Allah
swt, ia datang kepada Rasul saw dan mencium tangan dan juga kedua paha beliau
saw (Fathul Baari Al masyhur oleh Imam Al Hafidh Al Muhaddits Ibn Hajar Al
Atsqalaniy juz 8 hal 122)
Riwayat lain : “Kami mendekat pada Nabi saw dan mencium tangan nabi saw” (Sunan
Imam Al Baihaqi Alkubra hadits no.13.362)
Riwayat lain : “Berkata Tamiim ra bahwa Mencium tangan adalah sunnah”. (Sunan
Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13.363)
Demikian Rasul saw tak melarang cium tangan, demikian para sahabat
radhiyallahu’anhum melakukannya.
SURAT WAHABI
www.majelisrasulullah.org
Kenalilah Akidahmu 48
4. Dalam shalat subuh, imam tidak perlu membaca do’a qunut, kecuali bila ada
suatu bahaya terhadap kehidupan umat Islam secara keseluruhan.
Do’a qunut boleh dibaca disetiap shalat, bila ada keperluan yang bersifat darurat,
tidak hanya dalam shalat subuh.
JAWAB
Berikhtilaf para Imam Madzhab mengenai pembacaan doa qunut, dan Imam Syafii
berpendapat bahwa Qunut itu diwaktu setiap subuh, dan Imam Hanbali dan Imam
Malik berpendapat Qunut adalah setiap waktu shalat.
Namun satu hal.. tidak ada yang mengharamkan Qunut dibaca setiap subuh, bahkan
para Mufassirin menjelaskan tak ada qunut kecuali saat shalat subuh, sebagaimana
diriwayatkan pada tafsir Imam Attabari Juz 2 hal 566, dan ini merupakan Ijtihad para
Imam yang mengeluarkan pendapat dengan beribu pertimbangan, dengan keluasan
ilmu syariah yang mendalam, dan telah diakui pula oleh puluhan Imam dan ratusan
Huffadhulhadits dan Muhadditsin setelah mereka, maka menyangkal dan
mengharamkan hal ini adalah kesesatan yang nyata.
5. Shalat Rawatib / shalat sunah qobliah / ba’diah adalah sebagai berikut : Qobla
subuh, qobla dan ba’da dhuhur, shalat ashar tidak ada rawatib, ba’da magrib dan
ba’da shalat isya.
JAWAB
Banyak riwayat lain mengenai rawatib Qabliyah asar, bahwa Rasul saw shalat Rawatib
Qabliyah Asar dan tak pernah meninggalkannya (Shahih Imam Ibn Khuzaimah hadits
no.1114, 1118, Shahih Ibn hibban hadits no.2452, Mustadrak ala shahihain hadits
no.1173, Sunan Attirmidziy hadits no.429 dan masih terdapat belasan riwayat hadits
shahih mengenai shalat Qabliyah Asar diantaranya diriwayatkan pada Shahih Ibn
Hibban, Shahih Muslim dll.
DALAM SHALAT JUM’AT
1. Sebelum khotib naik mimbar, tidak ada adzan dan tidak ada shalat sunat
qobla jum’at
JAWAB
Diriwayatkan bahwa ketika jamaah jumat semakin banyak di Madinah maka Khalifah
Utsman bin Affan ra menambahkan adzan jumat dengan dua adzan (shahih Bukhari
hadits no.870,871,874), maka menggunakan dua adzan ini merupakan sunnah
hukumnya, karena Rasul saw telah bersabda : “Berpeganglah kalian pada sunnahku
dan sunnah khulafa’urrasyidin para pembawa petunjuk” (shahih Ibn Hibbah, Mustadrak
ala shahihain).
Maka tidak sepantasnya kita muslimin menghapuskan hal hal yang telah dilakukan
oleh para sahabat, karena sungguh mereka jauh lebih mengerti mana yang baik
dijalankan dan mana yang tak perlu dijalankan, pengingkaran atas perbuatan sahabat
berarti menganggap diri kita lebih mengetahui syariah dari mereka, dan hal ini
merupakan pengingkaran atas hadits Rasul saw yang memerintahkan kita berpegang
pada sunnah beliau dan sunnah khulafa’urrasyidin, maka pengingkaran atas hal ini
merupakan kesesatan dan kebodohan yang nyata.

Tiada ulasan: